Love At Spring (3)

Baca: Love At Spring (2)

Pikiran Padanya



Sejak aku mengirim surat itu kepadanya, aku mulai merasa berubah, perasaan ini mulai tenang, seperti tak ada lagi dinding pembatas antara aku dan dia, serasa hati ini menjadi nyatu, susana hangat ini terasa sekali sampai sekarang, mungkinkah dia sudah menerima surat tanda maafku, atau dia belum menerimanya?, karena mungkin aku ini masih belum berubah, dengan ber-do’a, pasti terkabul. Yap, hanya itu saja salah satu jalan pintas yang paling cepat, untuk sampai ke hatinya Kiki. Mulai sekarang, aku harus bertemu padanya di Cafe kemarin! Sesuai janji-ku pada surat yang ku kirim tadi.

Hari itu malam, baru menjelang petang, sekitar jam 8-an. Ibuku menyuruhku untuk makan bersama, tapi telingaku tak mendengarkannya, kaki ini terus bergerak tak berhenti terus ke kamarku. Maaf, bu. Aku menghiraukanmu, aku sekarang sedang capek bu, biarlah aku berbaring sejenak di tempat sunyi ini tak ada suara, hanya suara hembusan angin yang menghempasku. Angin itulah, yang membuat aku menjadi segar, karena kesejukannya.

Aku masuk ke kamar, melepaskan tas kecilku yang selama tadi masih melekat di lengan kiriku, lalu langsung meloncat dan mendarat pada kasur empukku yang bewarna pink strawberry. Aku masih terlentang, ku putar tubuhku ke kanan, kupikirkan selama aku dekat sama dia, banyak penyesalan yang terjadi padaku. Ku pikirkan wajah senyumannya kepadaku , bahkan ku eja setiap senyumanmu itu, dari gerak-gerik kamu, menyimpan hangat yang tak pernah dilupakan memori, tak dapat menghapusnya di otak begitu saja, hati hangat ini kan terus bertahan, selama kita selalu dekat, maka semakin kita dekat, hangat itu kan terus bertambah. Di sini tak ada turun salju yang membuat suasana hangat disekitar kita malah terhapus oleh dingin salju. Tapi, untunglah, di Indonesia ini musim Tropis, musim hujan dan musim kemarau, pasti di salah-satu sisi itu ada yang menyimpan hangat di antara kita.

Huuuuh... Aku memikirkan terus wajahnya yang tampan itu, sampai-sampai wajahku memerah, yap, agar bewarna pink. Apakah ini arti cinta? Bagaimana jika aku berkontak langsung dengan jarak dekat, saling bertatapan dengan tiap senyuman indah, tanda itu akan sayang pada pasangannya? Pasti aku terdiam seperti batu, tak bersuara sedikitpun, pipiku memerah, pink  ke merahan, hanya wajah memerah dan tubuh greget yang ku alami pada saat kita bertemu. Tubuhku menjadi dingin, seperti demam panggung, dan pikiran yang mau terlintas di kepalaku untuk pertunjukkan pun kosong tapi tak dirasuki oleh makhluk halus. Aku bingung, aku harus melakukan apa???! Ah, lupakan akan hal itu, biarkan saja berjalan seperti biasanya. Slow saja Alya...



"Suratnya itu, panjang sekali. Aku menyukainya. Bagaimana dia bisa menulis surat sepanjang itu? Gambar yang ia pasang di surat itu terlihat bagus. Jadi, nggak terlihat sepi hanya dengan tulisan-tulisan aja. Berkat gambarannya, tulisan itu sekarang memiliki teman. Teman dari aku dan gambar. Kami akan bersamamu tulisan sampai kapanpun."

Lalu, surat itu aku simpan di laci mejaku. Kan menetap di sana selamanya dan tak akan pernah hilang. Selamanya...

#Akhirnya, beban ini sudah hilang bebas dariku

" ... Maafkan aku ya, Kiki. Semoga tidur ini bisa lebih, lebih, dan lebih tenang karenamu. Bantal yang menggumpal, seprai yang empuk, dan selimut yang hangat dan lembut ini bagaikan kamu yang melindungi aku dari tidurku, bagai pelukanmu kepadaku yang hangat ini agar aku terjaga dari tidur. Terima kasih Kiki, kau telah melindungiku sekarang ... "

aTubuhkT
*Tertidur*


Pic. from [here]
Bersambung ...

0 Komentar:

Posting Komentar