Pembacaan Do'a

Di pagi hari ini, saya bertugas sebagai pembaca'an do'a. Entah mengapa saya merasa sangat senang dengan semangat yang menggebu. Karena baru pertama kalinya disuruh sama pak wali kelas menjadi petugas upacara. Baru pertama kalinya megang buku yang sangat tipis itu dan membacakannya di hamparan manusia dengan siap mengangkat tangannya dan menundukkan kepada sejenak untuk mendengarkan seruan do'aku kepada kalian dan menyerahkannya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan, kenapa saya bertugas sebagai pembaca do'a? Mungkin saja aku ini orangnya pendiam, sesuai dengan tugasnya yang bersifat sunyi. Bisa memikirkannya kan karakteristiknya Bayu?

Sebelumnya, enak aja, nggak usah dibaca-baca ulang. Yang penting, suara lembut dan harus diresapilah yang menentukan makna dan arti dibalik setiap kalimat yang akan ku bacakan di depan mata teman-temanku. Mereka menundukkan kepala sejenak untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberi kemudahan, rizeki, berkah, serta nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. 

Sebelum upacaranya dimulai, ada salah satu temanku yang nggak masuk jadi petugas upacara juga, sebagai pembacaan 'Janji-Janji Pelajar SMPN 3 Bontang'. Karena waktunya udah mepet mau dimulai, akhirnya bapak wali kelasku menggantikannya dengan teman perempuanku yang sudah lama berada di tengah-tengah lapangan dan menunggu waktunya dimulai. Oh iya, dia menjadi ketua kelas di kelasku juga. 

Belum aja dimulai, dia udah mulai gugup. Yah, sebagai manusia yang merasakan hal-hal baru dan ditugaskan dalam melakukan hal apapun, pasti merasa takut, gugup, dan ragu-ragu untuk melaukannya. Saya pun juga merasakannya. Tetapi, rasa senang membuat untuk mundur pun menghilang dengan benteng pertahanan yang kuat serta rasa yang membuat kita menjadi bersemangat untuk melakukannya. Saya melakukannya tanpa beban. Semuanya seperti berjalan lancar tanpa hambatan yang membuat saya menjadi mundur untuk melakukannya. 

Waktu demi waktu terus berjalan. Disampingku hampir sudah melaksanakan tugasnya sebagai petugas upacara. Sampai berlama-lama menunggu giliran pun saya tidak sama sekali merasakan yang namanya gugup. Akhirnya, sampailah pada giliran saya untuk membacakan teks yang sudah ada tertempel pada kertas yang disampul dengan laminating dan kain batik pada tempat penyimpanannya. Temanku yang menjadi pembaca 'Janji-Janji Pelajar SMPN 3 Bontang' telah menyorongkan mic. ke mulutku tuk membacakannya dengan meresapi setiap kalimat-kalimat yang terkandung dalam do'a serta isi tersebut. Entah mengapa, saya seperti terbawa suasana dan tidak menyadarinya, bahwa suara saya berganti ke jenis suara vokal ke-2, kayak suara bapak-bapak gitu. Entah mengapa, teman perempuanku yang memegang mic.nya kepadaku, tangannya serasa bergetar terus menerus seperti kesetrum kabel listrik pada untaian-untaian kabelnya di atas langit biru. Hal itulah yang dapat saya ketahui saat upacaranya telah selesai dan masuk ke kelasnya masing-masing. Coba saja aku segera berpikir dan melihat tangannya yang bergetar itu langsung memegang lengannya untuk menghilangkan rasa gugup itu padanya. Lalu, menampakkan senyuman manis ini tanda untuk menenangkan rasa gugup kepadanya. Hal itu mungkin dapat menghilangkan kefokusanku dalam membacakan do'a ini, bisa jadi waktu ngebaca selanjutnya akan berhenti sejenak dan semuanya memerhatikan aku dengan tampang heran.

Aku nggak tahu baca do'anya bagus apa nggak? Yang kurasakan saat ini adalah aku tidak tahu apa yang dipikirkan semua orang tentang pendapat mengenai suaraku saat membacanya. Yang terpenting, aku merasa belum puas dan senang melaksanakannya. Yang terpenting lagi, aku tidak mengharapkan pujian dan lainnya dari teman-temanku dan stuff dewan guru, itu sudah cukup bagiku untuk tidak melakukannya. Moga-moga bagus ya! Hahaha~

Pic. from [here]

Lope-Lope di Udara

Ternyata, judul di atas temasuk lagu Viola On 7 di film sinetron Putih Abu-Abu. Saya malah belum sama sekali mengetahuinya, habisnya temanku terus bilang kata-kata itu di dalam kelas. Jadinya, saya mendapatkan ide untuk membuat cerpen. Saya sih nggak suka sinetron, saya paling benci. Setiap harinya adikku nonton sinetron terus, yang marah kakaknya minta ganti chanel. Tetap aja nggak mau. Biarin lah, nanti jadi tambah masalah!
............................................................................................................

"Ayo-ayo, bentar lagi sampai!" Aku berseru kepadanya.
"Aduh, capek. Tunggu bentar yah!" Sahutnya.

Aku menunggu dia berlama-lama di atas bukit, sambil mengulurkan tangan. Ia masih mendaki bukit yang sedikit menjulang tinggi. Menurutku, dia hampir sampai di puncaknya, sedangkan aku sudah sampai ke puncak runcingnya bukit. Kami tidak membawa apa-apa, yang kami bawa hanya berupa tenaga dan perasaan senang di sini. Kita seperti pendaki bukit yang akan memenangkan lomba. Kita seperti mengikuti kegiatan pramuka yang ditugaskan untuk menjelajahi hutan ini. Mungkin setiap tahunnya, ya? Kami hanya sebatas bersenang-senang. Rumah kami agak berjauhan dari bukit ini. Dan rumah yang saling berpisahan. Udara segar di pagi hari serta embun yang lembut membuat tenagaku dan dia semakin membara. Akhirnya, dia sampai dan menggapai tanganku.

"Ayo, gitu dong kuat!"
"Ah~!"
"Sini, tanganmu!"
"Oke!"
"Yap, kita sudah sampai. Gimana, masih kuat gak untuk sampai ke pohon besar itu? Kita nanti berbaring di bawah pohon itu yang rindang dan memandang langit dengan senyuman."
"Oh, ya. Menurutmu itu menyenangkan?"
"Iya, ini adalah bagian kesukaanku. Mereka memberikanku ketenangan pada emosi ini dan lenyap di pikiran dan hati." Aku menjelaskan.
"Oh, begitu."

Dan kami berjalan sambil bercakap-cakapan ...
............................................................................................................

"Hah, capeknya."
"Iyah. Eh, aku bawa minum. Mau minum kah?" Tanya dia kepadaku. Ternyata dia bawa bekal juga.
"Nggak usah repot-repot. Kita menghirup udara segar ini saya yang bertiup kencang. Hembusan ini aja membuatku segar dan dahaga."
"Hah! Itu benar?" 
"Iyalah, kalo kamu merasakanya dan menikmati alam ini pasti bisa!"
"Ih, aneh aja!"
"Lho, kamu nggak pernah ngerasa?"
"Orang aja aku jarang keluar rumah. Paling yang dihirup udara dari AC. Dingin lagi."
"Hahahaha~ Itu sih nggak sebanding sama udara alam. Malahan angin dari alam lebih alami, ditambah lagi sama pohon ini."
"Iyayah. Enak juga."
"Tuh, kan? ngerasa juga."
"Iya. Hahaha ..."

Kita berdua berbaring di bawah pohon yang lebat dengan daunnya yang sedikit lebar. Daun yang lebar itu membuat sinar matahari yang akan menembus bolongan di antara sela-sela daun menjadi tidak terlihat. Di sini, di atas bukit, menjulang tinggi seperti di dataran tinggi yang sejuk dan dingin ditambah lagi angin yang berhembus ke arah Utara dengan cepat. Bukit yang berbentuk geometry kerucut membuat kita tampak merasa seperti belajar matematika ya! Aku susah dalam belajar Matematika. Coba aku tanyakan ke dia.

"Btw, kamu suka pelajaran Matematika kah?"
"Nggak suka, agak susah! Berpikir keras untuk mencari hasilnya."
"Menurutku, mudah aja kok, kayak main teka-teki gitu."
"Teka-teki apanya? Itu susah!" Dia marah.
"Teka-teki seperti puzzle, harus menemukan pasangannya dengan puzzle yang lainnya."
"Kalo dipikir-pikir, ia juga. Harus menjelajahi rumus dan hitungan supaya bisa ketemu jawabannya. Lalu dipasang dan menyatu seperti puzzle."
"Iya, kalo aku sih mudah! Entil" Bohongin diri sendiri.
"Hahaha~ Aku lihat aja kamu sering nyontek."
"Ya, ketahuan."
"Iyalah ketahuan, ngapain kamu bo'ongin diri sendiri? Palingan bisa tambahan sama pengurangan."
"Heh! Aku bisa pembagian sama perkalian kok!."
"Oh, terus aku harus bilang wow gitu?!" SWT gitu dia.
"Ah, lebay biasa aja." 
"Suka-sukaku dong~" 
"Huh!" Dia mengalihkan pandangan ke samping. Dan terjadilah tatapan muka yang bertolak belakang saling membelokkan mata.

Sunyi ...

Kami berdua memandang sesama wajah dengan raut, perasaan, dan rasa yang sama. Di saat seperti ini hanya berdiam diri saja dan salah satu jalan untuk keluar adalah dengan menaruh muka secara bersamaan. Yap, kami berdua telah melakukannya. Kami berdua tersipu dan seperti grogi untuk melakukan sesuatu. Mata ini tertuju terus pada langit biru tanpa membelokkan mata sedikit pun. Dalam keadaan sunyi ini, aku pun mengalihkan pandangan. Membuka topik baru untuk menghapus suasana tegang ini. Keadaan pun mulai tenang.

"Ehm, lihat deh, Langit itu penuh dengan kapas terbang." Aku mengalihkan suasana.
"Heh, kapas terbang? Maksudnya?" Dia bingung.
"Coba pikir, awan itu seperti kapas terbang yang mulai terisi penuh oleh debitnya air yang mengisi ruang di dalamnya. Saat terisi penuh, mereka mulai mengembang dan dapat melayang serta terbang tanpa sayap, disaat waktunya sudah tiba, mereka mengempis dan menjadi kering, lalu turun ke tanah tanpa membawa apa-apa. Kembali lagi ke pelajaran Matematika, Dia seperti bangun ruang yang setiap kubiknya berpangkat tiga. Tetapi, mereka tidak berbentuk geometry, mungkin bisa disebut sebagai bangun ruang sembarang. Kayak trapesium." Jelasku.
"Oh, Mereka seperti manusia ya, yang selalu memerlukan energi untuk mengisi perutnya yang kosong lalu mengempis disaat mereka menguras tenaganya sendiri sesudah bekerja, kemudian menusia memerlukannya lagi. Tiada henti."
"Eh? begitu? Aku sampai lupa." 
"Hahaha~" Kali ini, dia tertawa. Membalas tawaanku sebelumnya.

Tiba-tiba, suara di atas sana terdengar keras. Suara itu seperti mesin yang didorong angin, ternyata benar ...

"Hey, lihat! Sebuah pesawat telah melaju dengan cepat!" Aku teriak agak keras.
"Yey, pesawat terbang!"
"Kamu suka ya sama dia?"
"Iya, mereka selalu terbang ke tujuan. Aku ingin menaiki mereka ke suatu tempat."
"Di mana?"
"Kau tidak perlu mengetahuinya."
"Ken ..." 
"Lupakan!" Dia menyodorkan kalimat itu secepatnya dan telunjuknya ia sodorkan ke mulutku seperti sedang menyembunyikan rahasia, sebelum aku mengucapkan kata 'Kenapa?'

Aku mengalihkan topik. Pembicaraan ini kan terus berlanjut tanpa ada yang meghalangi arus bagai air yang mengalir dengan deras, menabrak batu-batu karang yang menghalanginya. Setiap kata-kata itu akan tertuang dalam pikiran dan menyimpannya di dalam memory.

"Hmmh ... Kamu suka lagu-laguJKT48 kan?"
"Yap, lagu-lagunya ceria semua. Sebagian besar, arti lagunya nggak ada yang sedih-sedih atau 'Galau'" 
"Yap, aku nggak suka lagu galau, makin lama bikin aku tambah nangis."
"Yap, laki-laki nggak boleh nangis." Dia menasihati.
"Hahaha ..."
"Kamu tahu? Salah satu lagu JKT48 yang berjudul 'Hikoukigumo (Jejak Awan Pesawat)'? Ada bagian reff-nya yang berbunyi ... Jejak Awan Pesawat, yang sembunyikan air mata ... Tadi kan barusan ada pesawat yang lewat tuh. Sebelumnya, kita melihat langit penuh dengan awan, barusan kita membicarakannya kan?"
"Ya. Ku berharap, awan itu kan terus membendung air matanya sampai kita sampai di rumah."
"Ya. Lalu, setelah pesawat terbang menghilang dari penglihatan kita." 
"Lalu, member yang kamu suka siapa?"
"Ada deh. Kamu?"
"Rahasia."
"Huh!" Aku cemberut.
"Hahaha ..." Kali ini ia membalas tawaanku yang kedua kalinya.

Aku melihat ke atas lagi dan ...

"Lihat, apa itu?!" 
"Burung."

Aku dan dia terkejut, melihat para burung itu membuat sebuah bentuk yang membuat kita tersenyum kecut.

"Lho Sekelompok burung itu membuat bentuk Love yang indah?." Aku mengulurkan telunjuk jari tanganku untuk menempati sasaran yang dituju.
"Hah! Hehehe~ Berarti setelah pesawat menghilang, mereka ada di belakangnya."
"Tapi, bentuk love itu masuk ke geometry kah?" Tanyanya.
"Hmmmh ... Nggak tahu ah."
"Terus, love itu kamu suka, kan?"
"Ya. Love, eh bentar dulu, mungkinkah mereka membuat simbol itu untuk kita berdua?"
"Hah! dan itu pertanda bahwa kita dari tadi deket-deket terus."

Kami pun terkejut dan mendorongkan leher ini ke belakang.

"Hihihihihi~" Dan kami berdua seraya tertawa manis. Tertawa seperti kuntilanak.
Pengalaman ini sangat mengisi waktu bosanku. Kau dan aku membawa oleh-oleh berupa senyuman untuk tempat tinggal kita masing-masing. Kapan ya, moment ini akan terulang lagi? Dan aku menambahkannya dengan lagu Hikoukigumo - JKT48, moga-moga kau menyetelnya di kamar yang sunyi dan berantakan itu. Mengirimkan sinyal lewat suara itu kepadamu dan aku, tanda bahwa kau mengabulkan pemohonanku. Lewat jendela, kita berbahagia ... Terima kasih.

Kau mau merasakannya lagi apapun itu di puncak geometry yang disebut sebagai kerucut? ...
Pic. from [here]

Cat In The Rain

Sudah lama aku melihatnya di tengah jalan saat aku berjalan kaki melewatinya dari jauh. Dia berjalan tak menentu arah, hanya berdiri dan berdiam diri di sana. Sepertinya dia kebingungan? Mungkinkah dia punya tempat tinggal? Dan pemiliknya mana? Tega sekali pemiliknya, membuang anak kucing yang mungil dan manis ini begitu saja. Apa kau tidak peduli kasih? 

Aku merindukannya untuk di bawa pulang ke rumahku. Rasanya tega dibiarkan begitu saja di tengah-tengah jalan. Setiap harinya selalu lewat para pengendara beroda tiga dan empat yang melewatinya tanpa disadari dengan kecepatan yang melebihi si kucing ini. Ia selalu kedinginan disaat hujan deras. Menjilat sekitar tubuhnya dan tidur dengan bulu yang mekar dan basah di kursi halte dekat sana. Ia seperti polisi yang bertugas sebagai pengawas jalan di sekitar sini lalu tidur di tempatnya siskamling. Aku menyayanginya, begitu kasihannya aku kepadanya. Tapi, aku dilarang membawanya ke rumah, hal ini dilarang olehku. Selalu ku katakan pada ayahku dengan berbagai alasan untuk dibawa pulang kucing ini, tetap saja nihil.

"Ayah, bolehkah kucing di sana aku bawa pulang sekali lagi?"
"Kau tidak boleh membawanya pulang! Dia membuat rumah kita menjadi kotor."
"Tapi, yah ..."
"Tidak ada tapi-tapian! Kamu harus melupakannya."
"Hah. Baiklah~" Aku putus asa dengan menuntukkan kepalaku pada ayahku. Ayahku cukup galak dengan kucing, dia benci kucing. Sudah banyak kucing yang dikandang di sel sana (dapur luar), tapi sebagian kucing atau bahkan semuanya selalu memberontak keluar melewati sela-sela seng yang tidak tertutup rapat. Ditambah lagi makanan kucing yang bisa memborosi uang sebagai kebutuhan hidup sekeluarga. Memberi makan para kucing dua kali sehari. 
"Mak, bolehkah aku bawa pulang kucing itu?"
"Tidak boleh nak, ibu menuruti perintah ayahmu saja. Kau harus sabar ya!"
"Ya. Tapi kucing itu selalu sendiri."
"Biarkan, lagian orang lain yang peduli sama binatang pasti akan membawa kucing itu pulang ke rumahnya."
"Oh~"

Sampai di kamar pun aku masih memikirkannya lewat kaca jendela kamar. Di situ, aku melihat dia sedang basah kuyup sambil mengaung-ngaung minta pertolongan. Raut mukaku sedih melihatnya. Dibiarkan begitu saja dalam keadaan cuaca tak mendukung untuk kucing itu. Aku tidak mau berdiam diri saja melihat dia tanpa arti. Aku harus menolongnya dengan penuh arti baginya.

Aku diam-diam sambil bersembunyi lewat dapur belakang, di sana aku bisa keluar rumah melewati pintu dapur sana. Dengan kaki ku gerakkan secara perlahan-lahan tuk menghindari suara gesekan pada lantai serta mulut ku kunci tuk menghindari suara kecil yang membuat orang tuaku mencari suara misterius itu. Aku terus melihat ke depan, melihat ke belakang berarti mundur, harus terus maju!

Sampai ...

Kau tidak sendirian lagi anak kucing, kau ada disampingku sekarang. Menurutmu, apakah aku orang yang berarti bagimu? Menolongmu dengan penuh kasih sayang, sampai kau masih mengaung-ngaung saat aku membawamu pulang ke rumah. Kuanggap, suara itu kau berkata "Terima Kasih" padaku. Sssstt ... Jangan bersuara, orang tuaku akan mencari jejak suara ini. 

Lalu, bagaimana aku menyembunyikan kucing ini agar tidak terlihat orang tuaku? Jadi, aku harus menyimpannya di kamarku yang agak besar ini ...
Stand in the Rain, stand your ground.
Stand up when it's all crashing down
Just stand through the pain, you won't drown
And one day what's lost can be found
Just Stand through the Rain...


--ILL SEEK YOU OUT

Pic. from [here]

Freedom

Pic. from [here]
Sepertinya, aku tidak terlalu mengingat masa lalu ini. Hal ini terjadi di dalam mimpi saat aku bersekolah di sekolah dasar kelas dua. Sampai sekarang ini, aku masih mengingat setengah gambar dari cerita dalam mimpi itu. Mungkin mimpi ini mempunyai arti dalam kehidupanku. 

Di dalam kelas, sepertinya aku dihukum oleh wali kelasku pada saat belajar. Aku disuruh maju dan berdiam diri sambil berdiri di depan papan tulis ke sampingnya. Sepertinya, para temanku tidak menertawakanku pada saat itu. Mereka sepertinya, mengalihkan pandangan ke wajah guru yang sudah menghiraukanku untuk melanjutkan pembelajaran. Aku merasa tidak malu saat dihukum itu. 

Entah kenapa, aku seperti tidak berbusana tanpa apapun. Aku seperti patung bayi tak berbusana sedang kencing di pancuran air itu, kau tahu kan?. Di dalam pikiranku saat ini,

mungkin saja aku hanya memakai kaos dalam dan celana dalam saat itu. Hal ini membuatku merasa bebas di sana di dalam mimpi. Sebut saja aku lagi TELANJANG! Mohon, pikiran kalian jangan sampai diluar batas dan melayang berpikir tentang gambaranku saat itu. Jangan mikir-mikir yang lain! Aneh-aneh aja. Ngapain mikirin anu-nya disaat aku masih kanak-kanak saat itu. Hahaha~

Saya pernah iseng membaca artikel blog orang lain entahlah saya lupa sumbernya. Menceritakan tentang arti tiap mimpi yang dialami. Saya malah ketemu tentang mimpi telanjang di dalam artikel tersebut. Jadinya, semuanya saya baca dan saya mengetahuinya, bahwa arti atau tafsir dari mimpi yang saya alami waktu yang lampau itu adalah ... 
"Mimpi yang dialami sedang telanjang bulat, maka arti dari itu adalah kau dalam menjalani kehidupan sehari-hari terasa bebas, tidak ragu-ragu, dan tanpa hambatan apapun dengan adanya penghalang untuk berhenti melakukannya dalam melakukan sesuatu."

Mungkin di dalam pikiran saya seperti itu. (Nggak mirip sama artikel aslinya) ... Maaf dah, saya nggak ketemu saat nyari websidenya dengan kata kunci yang berkaitan dengan mimpi. Mohon maaflah, kira-kira kalian bisa mengerti tentang mimpi di masa laluku.

Kalo mimpi kalian tadi malam gimana? Cepat ditulis sebelum pikiran tentang mimpi yang dialami itu perlahan melayang, kerena sekitar lima menit setelah kamu terbangun kamu akan melupakan 50% dari mimpimu, sepuluh menit kemudian 90% "jalan cerita mimpimu" akan telupakan. Saya juga dapat dari artikel seseorang yang isinya bergini ...

Penulis puisi terkenal Samuel Taylor Coleridge pada suatu waktu terbangun setelah mendapatkan mimpi yang indah, dia lalu segera menuliskannya di kertas untuk menggambarkan mimpinya tadi, setelah menulis 54 baris tiba-2 ada orang yang datang kerumahnya. Setelah urusan dengan orang itu selesai Samuel bermaksud menyelesaikan puisinya tadi, tapi dia tidak berhasil mengingat lagi mimpinya. Puisinya itu tidak pernah selesai. Puisi yang tidak pernah terselesaikan itu berjudul “Kubla Khan” dan menjadi salah satu puisi paling terkenal di Inggris. Robert Louis Stevenson (penulis buku Doctor Jeckyll and Mr. Hyde) dan Mary Shelley’s Frankenstein mendapatkan ide dari mimpi yg mereka alami.
Thank's atas infonya! :)

Roda Kehidupan

Pic. from [here]
#nowplaying: EGOIST - "Ueterpe"


Zaman dulu ...
Belum ada apapun di dunia ...
Di zaman jahilliah ...
Para manusia berbuat maksiat ...
Berdebat, bertengkar, dan menghancurkan ...
Para manusia belum mengerti apa-apa ...
Para nabi datang tuk memberikan sesuatu yang baik ...
Seiring dengan perkembangan zaman, mereka sudah mengetahuinya ...
Lalu, di tengah-tengah kehidupan dengan tahun sudah betambah umur keadaan dunia seimbang ...
Mereka mempergunakan barang modern itu dengan sebaik-baiknya ...
Tak semua manusia itu baik, kejahatan pun merajalela ...
Manusia yang jahat memperlakukan suatu barang dan melewati batas pemakaiannya ...
Merusak apapun itu yang ada di sekitarnya ...
Membuat semua alam menjadi kacau ...
Dan, akhirnya musnah dan lenyap dari para tangan jahat yang merusak ...
Lalu, semua menjadi tidak ada di dunia ...
Zaman sekarang ...
Dunia ini kebali ke zaman jahilliah ...
Para manusia berbuat maksiat lagi ...
Berubah menjadi manusia perusak dunia ...
Berdebat, bertengkar, dan menghancurkan ...
Akhirnya, kiamat akan cepat datang dihadapan manusia yang peusak ...

Begitulah teman-teman. Di dunia ini dari awalnya zaman jahilliah dan sekumpulan orang perusak, ditengah-tengah tidak ada perusak, lalu di ujung dunia kembali lagi manusia menjadi zaman jahilliah dan perusak. Begitulah kehidupan, seperti roda yang berputar dan berputar tanpa henti dan kembali lagi seperti semula. Dari awal dunia keadaan memburuk, di tengah dunia keadaan membaik, lalu di ujung dunia keadaan memburuk. Begitulah, keadaan dunia kembali lagi seperti semula karena dari para manusia yang selalu berbuat-buat di dunia ini tanpa mereka sadari, akhirnya terjadi pertengakaran, pertengkaran, dan pertengkaran. Jika hal itu terus berlanjut, manusia akan menjadi perusak di dunia ini dan tidak bisa terkendali. Makanya, kalian para manusia yang shalehah, selalu bebuatlah kebaikan di dunia ini mumpung umur dunia masih panjang. 

Summer Paradise

Musim panas ini. Aku pergi ke pantai. Deburan ombak menerjang pasir pantai, aroma yang dikeluarkan khas, dan kehangatan ini membuatku ingin berbaring dengan memakai kacamata, alas untuk berbaring, dan sepayung di pasir pantai putih bersih ini. Aku tersenyum, kehangatan ini memang menyengat tapi dengan adanaya hembusan angin laut ke darat membuat tubuhku seperti meyalang di angkasa karena tamparan dari setiap angin ini. Dan ombak datang mendekat menghampiriku dengan mengucapkan "Hai, apa kabar?", aku seperti terombang-ambing olehnya, membawaku pergi ke pulau tak berpenghuni dengan mengendarai mereka tanpa perantara apapun. Kau tahu, apa itu ya yang ditengah-tengah pulau ada seperti tanjung, lalu ada satu pohon kelapa yang tertancap di pinngir tanjung itu? Aku ingin sekali pergi ke sana dan menyelam ke dasar laut dan menerjang para tokoh Spongebob Squarpants yang sedang asyik bermain di sana. Rumah yang saling berdekatan. Selalu membuat kerusuhan diantara mereka bertiga. Sebut saja si Squidward pemalas, Spogebob periang, dan Patrick pelucu.  Keindahan dan kehangatan kepada mereka membuatku semakin bersyukur atas nikmat Allah yang sudah diberikan kepadaku.

Musim panas ini. Aku mendengar kicauan burung di atas sana. Mereka sepertinya dari jauh mengelilingi di atasku. Mereka penggangu, mereka melindungi aku dari sinar matahari sana. Padahal, ada payung di atasku setelahnya. Ini membuatku semakin jengkel. Huh! Pergi sana! Seketika, mereka malah membalasnya dengan cairan yang sedikit padat bewarna putih dan ada sedikit warna di sudut itu. Ternyata oh ternyata. Pup!

Semakin banyak menjadi tambah banyak. Pup dari atas itu seperti rintik hujan yang sedang menyerangku tak ada habisnya. Untuk apa mereka membuang fases di  bawahku? dan untuk apa guna fases itu? Apa mau ku makan? Hal itu nggak mungkin aku lakukan. Oh ternyata dendam sang hewan begitu besar, padahal aku hanya memarahi tak mengerikan untuk mereka. Aku selalu ingat dengan kata-kata ini:

"Ingat, kebaikan akan dibalas dengan kebaikan pula. Dan sebaliknya, kejahatan akan dibalas dengan kejahatan pula."


"Saya tobat burung, saya tobat! Saya tidak mau memarahi kalian lagi, saya ingin berubah, jangan perlakukan aku dengan sejahat ini! Tolong-tolonglah!"

Aku tidak menyadarinya, bahwa disekelilingku banyak orang yang melihatku dengan tatapan heran dan menjijikkan disaat aku telah melakukan permohnan kepada burung yang menggangguku tadi. Hah! ternyata mereka pergi setelah aku menutup mata dan meminta permohonan serta sujud meminta ampun kepadanya. Aku menggelengkan kepala dengan tatapan malu elihat mereka semua yang melihatku. Mereka berpikir untuk apa dia melakukan itu dalam keadaan ramai di sini? Dan kau meminta ampun kepada siapa? Apakah kau sudah gila!?

Tamat sudah ... Sampai dimalu-maluin begini lewat bisikan mereka. Aku tersinggung ...

Di tempat ini, bagaikan surga di musim panas. Surga yag membawa kesejukan walau di panas mendalam. Mereka membawaku pergi ke suatu tempat yang amat indah. Keindahan ini tidak bisa dilampaui oleh surga di akhirat sana dan kau tidak bisa membayangkan keindahan yang teramat sangat di sana. Di bawah sinar mentari, aku menuliskan namamu di hamparan pasir coklat bersih ini. Aku berharap, namamu yang ku tulis ini tidak akan lenyap oleh sapuan angin laut ini. Setiap kali mereka datang, aku selalu menghitung deburan ombak tak ada habisnya itu datang mendekat untuk melindungi namamu dengan benteng yang terbuat dari gundukan pasir. Dengan adanya pertahanan itu, namamu akan kekal disitu. Dan kau terus mencari jejak langkah kakiku menuju di mana aku menuliskan namamu ...

Masih belum ketemu? ...

---------------------------------------------------------------------------------------------


#nowplaying: Simple Plan - Summer Paradise

O la da da dada
Yeah me and you in summer paradise

My heart is sinking as I’m lifted
Up above the clouds away from you
And I can’t believe I’m leaving
Oh I don’t know no no what I’m gonna do

But, someday
I will find my way back to
To where your name is written in the sand

Coz I remember every sunset (I remember)
I remember every words you said
We would never gonna say good bye (good bye)
Singing la da da da
Tell me how to get back to (back to)
Back to summer paradise with you
And I’ll be there in a heartbeat
I’ll be there I’ll be there I’ll be there
I’ll be there in a heartbeat
And I’ll be there I’ll be there I’ll be there

My soul is broken
Streets are frozen
I can’t stop this feelings melting through
And I’d give away a thousand days
Oh, just to have another one with you (with you)

Where real life can wait
We’re crashing like waves
Playing in the sand (playing in the sand)
Holding your hands

Coz I remember every sunset (I remember)
I remember every words you said
We would never gonna say good bye (good bye)
Singing la da da da
Tell me how to get back to (back to)
Back to summer paradise with you
And I’ll be there in a heartbeat
I’ll be there I’ll be there I’ll be there
I’ll be there in a heartbeat
And I’ll be there I’ll be there I’ll be there

My memories are reminding me
The perfect night on the perfect beach
Ano hi no ki o kuwo kaki atsumeta tokode
Modorisenai
The season not the reason why
I fell in love with you in paradise
Kimi ga boku wo omoidasu tabi ni
And I’ll be there in a heartbeat

Someday
I will find my way back to
To where your name is written in the sand

Coz I remember every sunset (I remember)
I remember every words you said
We would never gonna say good bye (good bye)
Singing la da da dada
Tell me how to get back to (back to)
Back to summer paradise with you
And I’ll be there in a heartbeat

I remember when we first kissed
How I didn’t wanna leave your lips
And how I’ve never ever felt so high
Tell me how to get back to (back to)
Back to summer paradise with you
And I’ll be there in a heartbeat
I’ll be there I’ll be there
I’ll be there in a heartbeat 
[Sumber]

Simple Plan feat. Taka (One Ok Rock)

Pic. from [here]

Pohon Besar Itu

#nowplaying: Yanagi Nagi x Maeda Jun - "Owari no Sekai Kara"


Cerpen ini diikutsertakan dalam lomba mading di Bontang, Kal-Tim, Indonesia. Semoga juara ya! :)

Cerpen ini juga untuk memperingati 'Hari Bumi' yang dilaksanakan pada tanggal 22 April 2013. Maaf, nih karena telat selesai nulis habisnya ditunda-tunda mulu. Hahaha~

Simak dan baca ya! Semoga suka sama cerpennya! Jika ada kosa-kata yang kurang baik, penulisan kalimat yang kurang tepat, kurang kata, dan lainnya mohon dimaklumi secara ikhlas. :)

Nunngu bapak datang dan besok untuk segera di print di kerjaannya. Karena kalo nge-print di warnet harus bayar. :)

............................................................................................................

Pic. from [here]
Waktu itu, dalam kegelapan. Aku tertidur pulas di dalam kegelpan. Mataku tertutup tidak dapat terbuka. Kedua tanganku memegang dadaku seakan aku kedinginan di dalamnya. Aku tak dapat bergerak bebas di dalamnya. Aku hanya terdiam seperti batu dan kaku seperti kayu. Di situ, sangat sesak. Aku hanya dapat diberimakan olehnya saat perutku keroncongan bergetar-getar tak menentu. Suara sunyi dan hening merasukiku. Suara benturan kecil dan memantul kembali seperti semula, dinidng itu ternyata empuk tapi sempit, terasa tak enak disini. Segala perasaan tak enak ini memang ku rasakan, senyuman nyamanku seolah menghapus kesesakan ini, ternyata itu hanya tipu dayaku. Aku sekarang berusaha menahan kesesakan ini dengan senyuman indah yang tak dapat seseorang melihatku di sini. Kau tahu aku sekarang dimana? Mungkin di dalam pikiranmu aku di dalam rumah yang berukuran beberapa meter saja? Mungkin di dalam pikiranmu aku berada di ruang hampa yang sesak? Semua yang kau pikirkan itu salah. Yap, aku sekarang berada di dalam rahim ibuku yang siap mengeluarkan aku. Dunia pertamaku yang telah aku tempati sekarang. Dunia yang sangat berbeda dari dunia lainnya. Allah mengaturnya.

Sekarang saatnya ibuku mengeluarkan suara keras tuk mengeluarkan bayinya yang ia sayangi. Aku hanya bisa tediam berharap aku bisa keluar bebas dari ketidaknyamanan ini di dalam rahim ibuku. Aku merasa muak, aku merasa jengkel, dan aku merasa muak dengan dunia yang sekarang ku tapaki ini. Ayo, ma! Kau harus mengeluarkanku sekarang! Bagaimana aku menolongmu? Aku tak bisa melakukan apa-apa yang aku bisa. Maaf, bu.

______

Hari itu malam. Aku dilahirkan selamat, terimah kasi ibu, nafas ibuku yang ngos-ngosan itu memberikan pernyataan buatku, betapa besarnya ibuku melahirkanku dengan sekuat tenaga. Ia berkeringat bercucuran, melampiaskan keringat, dan menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya lalu terbawa oleh angin malam yang dingin itu. Mataku menutup tuk menghindari sinar lampu itu yang bersinar menerangi diantara kita berdua. Disaat aku melahirkan itu, aku waktu itu di dalam kegelapan terus-menerus. Oleh karena itu, aku sangat sensitif dan tak dapat menyesuaikan mataku ini dengan sinar lampu itu yang baru kali pertamanya aku merasakan pancaran hangat dan terangnya lampu itu. 

“Oh chu ... chu ... chu ... Jangan nangis nak, kau sekarang bersamaku. Diantara rumah yang kecil ini hanya kita seorang diri menetap di sini. Kita harus terus bersama ya! Kita tak boleh berpisah di area kegelapan ini. Di sisi tengah lah kau akan aman, yaitu di dalam rumah ini. Eratlah tanganmu kepada tanganku. Bergandeng bersama menghias ceria diantara kita berdua. Kita akan selalu bersama. Selalu ...” 

Aku tak dapat mendengar lebih jelas kata ibuku. Selalu aku terdiam dengan mataku yang tertutup, aku harus melakukan apa di dunia ini?

______

Jam kan terus berdetak tak berhenti dan bulan berotasi tak akan hentinya dengan membutuhkan waktu 24 jam. Aku sekarang sudah besar. Mengisi nutrisi dalam tubuh hingga bertambah besar. Seluruh anggota tubuhku bisa bergerak secara bebas. Organ tubuh dan sistem organku sudah bekerja dengan baik. Aku sudah bebas. Aku sudah menapaki dunia yang penuh keindahan alam ini. Dunia yang kurasa ini adalah dunia yang indah dengan berbagai warna yang berbeda-beda. Yap, dunia ini bewarna, dunia yang meninggalkan warna buramnya untuk berganti ke juta-an warna. Udara menghembus syahdu membuatku bisa bernafas ditambah lagi aku berada di lantaran hutan tropis dengan jalan setapak yang sempit. Beribu pohon rindang melindungiku dari sinar mentari yang terik. Mereka bagaikan payung bagiku disaat segala sesuatu yang menghalangiku untuk terus melangkah maju. Terima kasih! 

Naluriku melonjak naik, aku berlari-lari mengelilingi hutan ini, meninggalkan jejak di cetakan pasir pada jalanan setapak ini. Aku ingin mencari tempat di bawah pohon besar. Aku ingin duduk tertidur pulas di situ dan bermimpi indah. Aku ingin menghirup udara sedalam-dalamnya di bawah pohon besar itu. Semua harapan itu terungkap, aku sekarang menemukannya. Tempat yang aku inginkan. Mereka seperti mengajakku dan berbisik kepadaku untuk duduk bersantai di sana. Hah! Aku terkena ilusi mereka. Aku menggelengkan kepala sambil menutup mata dengan kuat tuk menghilannya. 

Tertidur ...

Burung berkicau, mereka terbang menghias angkasa mengengilingi langit tak ada batasnya. Mereka telah membangunkanku. Ku buka mataku, tiba-tiba sinar mentari menghalangi pandanganku. Aku hanya bisa menutupi mataku dengan selengan tangan kanan. Di atas itu, tampak bolongan dari daun yang tidak menutupi daerah tersebut, membuat sinar matahari menembus pupil mataku melewati perantara lubang kecil itu. 

Pikiran tiba-tiba terlintas di pikiranku. Ia berhenti sejenak di situ. Lalu pergi melewati otakku ini. 

“Ibu? ... Ibu ... Ibu!~” Aku berteriak kaget saat mengingat ibuku. Aku mengingat kembali sebelum aku tertidur. Aku bersenang-senang mengelilingi hutan ini melewati jalan setapak. Lalu, dipiranku muncul keinginan untuk mencari pohon besar yang ku impikan dan harapan itu terlaksana. Aku berbaring di bawah pohon menikmati kesejukan hembusan angit bertiup setia melewatiku dan meninggalkan kedinginan di kulitku. Yap, saking nyamannya aku tertidur. Ending, aku melupakan ibuku yang sedang berada di rumah itu. Kenapa aku berada di sini dalam kelenyapan para pohon yang mengajakku dan berbisik kepadaku untuk berbaring di bawah sana? Apakah tadi itu ilusi? Setelahnya, aku mengalihkan pikiranku dan aku melakukan bisikkan mereka? Aku sedang dalam kebingungan. Kebingungan ini sudah mencapai titik kulminasinya, aku panik melebihi panik dari yang lainnya. Panik, pasrah, putus asa, dan sedih ini bercampur aduk. Siapa yang mengaduknya? Otak ini sudah dicampur aduk oleh partikel asing yang merajalelaku dan membuatku semakin pusing. Aku lari kesana-kemari. Mencari jejakku yang sudah ku tapaki sebelumnya di jalan setapak ini. Hah!? Kenapa rumah ibu tidak ada? Aku semakin kebingungan, aku terus mencari jejak-jejak ibu. Tetapi, hasilnya tetap nihil. Semuanya tidak ada di sini. Sekarang, hanya belantara hutan yang tak ada tanda-tanda kehidupan. Aku semakin panik. Aku harus kemana? Aku sekarang berjalan tak ada tujuan tak karuan.
“Ibuuuuuu~!!!”“Uuuuu~!!!” Hah!, aku terbangun dalam tidurku. Hanya mimpi. Aku mengalami mimpi buruk yang sangat buruk. Aku kehilangan ibuku di sana, apakah itu benar? Lalu, aku mencubit pipiku sekeras-sekerasnya. “Aduh duh duh duh, ternyata ini bukan mimpi.” Jawabku dalam hati. 

Aku bangkit dari tidur dan keluar kamar, melihat kehadiran orang tua kakak dan adik dengan senyuman menggodaku tuk mengajukan pertanyaan seperti ini: “Bagaimana hari ini?” Yang jelas senyuman mereka itu tak akan tembus melewati hatiku. Aku memandang ibuku dengan perasaan heran, sejenak berpikir dari wajahnya dengan dibandingkan dalam mimpi tadi. Apakah ini ibuku? Wajah dalam mimpi hampir mirip. Ternyata betul.

Spontan, aku langsung lari dan berlari. Menginjak tiap anak tangga sedang membantuku dalam mencari jejak untuk turun kebawah, mereka seperti memberi petunjuk tuk pergi ke tempat itu. Yap, itu, pohon besar itu. Tentang itu tidak usah di bahas sekarang. Kita balik lagi ke cerita. Aku berlari menuruni tannga dan terus berlari tak henti. Aku seperti berlari tak menentu arah, tidak ada arah panah seperti GPS yang sedang membantuku. Aku seperti dikendalikan oleh seseorang dan tak merasakan apapun itu. Aku hanya berlari terus menatap kedepan dan kedepan terus. Biarpun saat itu aku sampai di persimpangan empat, aku tetap mengambil jalan lurus. Apapun itu aku tak memperdulikan pemikiran, pemutusan yang tepat, dan bahaya apa yang akan melandaku. Semua itu aku sudah siap dalam menghadapinya. Menatap kedepan dengan sinar yang menyilaukan tiba-tiba menyerangku dengan bertolak belakang. Berhadapan dengan kontak mata yang nyaris mataku mau buta. 

Bintang itu ... Bintang itu ada di sana! Bintang yang sedang menungguku tuk mencapai kesuksesan. Bintang yang kudambakan sekarang ada di dekatku. Pancaran sinar menyilaukan menyerangku, membawaku dan menarikku tuk melihat masa depan sekarang. Ia bagaikan gerbang menuju masa depan melewati pecahan ruang dan waktu ... 

“POHON!” Aku meraihkan tanganku kepada sang surya. 

Sesaat kemudian, aku sampai di ujung sana. Ujung yang memperlihatkan masa depan yang sangat berbeda tempat, waktu, dan suasana. Masa dengan itu dipikat dengan latar yang berbeda dengan masa laluku. 

Latar itu sudah disatukan menjadi satu. Latar tempat yap, kau dapat memikirkannya dan berpendapat bahwa aku sekarang berada di ladang hijau itu. Tetapi, kau salah sedikit, bahwa sekarang aku berada di ladang tandus bewarna kuning di hamparan tanah ini. Yang semula ladang rumput dan sekumpulan pohon rindang bersih itu menjadi ladang tandus menguning seperti mereka yang melayu secara perlahan. Latar waktu yap, sekarang waktu siang memanas. Latar suasana yap, suasana sedih menyeramkan ada di hutan ini sekarang bercampur aduk. Mereka seperti menampakkan rasa sedih dan seperti kekurangan bahan makanan seperti air, tanah, dan mineral dalam tanah, serta cahaya matahari. Aku terkejut setengah mati, bahwa pohon besar itu tidak ada! Mata ku belok dan hampir saja keluar serta mulutku yang menganga besar tak menentu. Hal ini sudah membuatku kecewa. Tatapanku sekarang menjadi menyerampan kepada dewan hutan. Dewa hutan, mengapa engkau tiada di hutan ini. Engkau sangat berguna bagi kita, janganlah kau tinggalkan kami begitu saja tanpa jejak di hamparan hutan yang diinjak-injak ini. Apakah kau merasa putus asa karena manusia di dunia ini selalu menghancurkan derajat dan martabatmu? Apakah kau merasa lelah dan capai, jika sekumpulan hutan dan hijaunya berkunjung ke rumahmu untuk meminta bantuan dan memohon kepadamu untuk mengatasi masalah ini? Ayolah, rasakan akan hal itu, bertawakallah kepada Tuhanmu atas segala urusanmu itu! Apakah Tuhanmu tidak menjawabnya?! Pikirku dengan keras. 

Saat ini, aku hanya melihat kehampaan hutan kini berubah menjadi abu yang tak berguna di tatapan sedihku ini. Sekarang, warna buram ini sudah tidak berguna bagiku. Aku hanya menatap dengan penuh kesedihan yang terisak-isak kepada mereka. Pohon sebagai tempat tidur dan tempat teduhku kini tiada meninggalkanku tanpa pamrih. Pohon yang selalu ku dambakan kini berubah menjadi kehirauan. Hutan ini yang menjadi tempat kelahiranku dan tempat tinggal antara aku dan ibuku, kini hanya kenangan palsu yang dibiarkan begitu saja. Kenapa ibu tidak memberitahukannya kepadaku!? 

Hutan ini bagaikan sapuan sayap angin senja yang bertiup kencang dapat melenyapkan sekumpulan flora dan fauna di sini. Apakah angin itu disebut sebagai angin topan? 

Di ujung pandang sana. Aku baru teringat bahwa pohon besar itu ada di sana. Aku baru mengetahuinya, bahwa di akarnya pohon besar itu terdapat sekumpulan bunga ‘Clover’ atau bunga ‘Semanggi’ yang terhampar di bawahnya pohon besar itu. Ternyata, kau tahu? Mungkin di anime Jepang, sebuah karakter yang ada di dalamnya berceritakan tentang perjalanan kisahnya. Aku juga tidak terlalu mengerti untuk membahasnya sekarang. Mungkin, ada juga di dalam kisahnya, mereka harus menemukan bunga Clover berjumlah empat helai dalam satu kelopak bunga, tujuan itu agar permohonan dan perminta’an kita akan dikabulkan oleh sang bunga Clover . Kebanyakan, di hamparan bunga Clover, hanya terdapat tiga helai daun saja pada setiap satu bunga itu. Yup, aku harus mencarinya dengan sekuat ketelitian dan kekuatanku untuk mencari bunga Clover berjumlah empat helai daun tuk mengembalikan ladang hijau ini dan pohon besar itu besarna isinya (flora dan fauna) ini. 

Untuk memperingati hari Bumi. Wahai para manusia yang berjiwa suci kepada para makhluk hidup, kalian berbuatlah kebaikan kepada mereka dengan menanam pohon dan lainnya untuk menghijaukan kembali hutan ini. Sekarang, mereka bermigrasi mencari tempat yang hijau di ujung kutub sana. Tolong, para umat manusia sedunia, bantulah aku bersama menemukan bunga Clover berhelai empat daun itu tuk mengabulkan permohonan dan permintaanku ini yang terletak di hamparan bunga Clover yang tersisa. Mereka adalah harapan terakhir kita untuk menghijaukan hutan ini dan pohon besar yang ku sayangi itu. Sesungguhnya, perilaku semacam ini adalah perilaku yang sangat mulia, karena kalian telah menolong para makhluk hidup yang sama seperti kalian. Buatlah mereka tersenyum kembali dan melenyapkan rasa sedih yang selama ini mereka sembunyikan kepada kita, padahal kalian telah mengetahuinya dari para tangan manusia yang jahat itu. Percayalah, bahwa mereka akan menolong kita juga jika kita menghadapi kesusahan. Apapun itu. Percayalah ...

______

Pohon Besar Itu ... dia memberikanku sebuah kehidupan, dimana kau membuatku menjadi hidup ... Aku tak mengapa jika kau pergi meninggalkanku ... Kenangan masa lalu itu tidak akan memudar jika diantara kita pantang menyerah ... Kau dan aku, di dalam mimpi, bersama ... Suatu saat di suatu tempat, kita pasti akan bertemu diantara takdir yang sejalan ... Itu akan terjadi ...

“No matter how your heart is grieving, if you keep on believing, the dreams that you wish will come true.”
:) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) :) 

Sejuta senyuman dari mereka telah diberikan kepada kita. Thank You! :)
STOP! Pada tangan jahil para penebang hutan secara berlebihan ..!

Dapat tertawa bersamamu adalah sebuah kebahagiaan..
itulah yang telah kamu katakan padaku..

Sejak kecil aku sudah tahu segalanya tentangmu..
Untuk mencocokkan ketertarikan dan idealismu..
Namun tiba-tiba kamu mengatakan padaku..
Bahwa kamu menyukai gadis cantik yang lebih tua darimu..

Mengetahui hal itu, aku tak dapat menyainginya..
Maka aku menggunakan kekuatanku untuk kembali ke masa lalu..
Untuk bertemu denganmu lagi, untuk mencintaimu sekali lagi..

Aku melihatmu menangis..
Karena aku tiba-tiba menghilang..
Aku harus segera kembali..
Namun kekuatan ini hanya satu jalur
Dan tak mungkin untuk kembali ke masa depan..

Aku ingin mengatakan bahwa aku datang dari dunia yang sangat jauh..
Namun di suatu tempat di dalam tubuhku untuk mengatakan tidak..

Kamu yang terlihat seperti diriku yang dewasa..
Bertanya “Aku mencari seseorang sepertimu, apakah kamu tahu sesuatu?”

Kamu tercabik-cabik mencariku di hari itu..
Mencoba untuk menghubungkan kita, aku membuat kita terpisah..
“Hentikan itu. Aku masih di sini. Kamu tak harus pergi ke mana pun”

Musim semi datang kembali dan kamu memutuskan ‘tuk pergi..
Kamu berkata “Jika aku adalah dia, mungkin itu akan lebih baik”..

Mencintai itu berlebihan..
Entah kenapa, Aku teringat akan hal itu..
Aku menggenggam tanganmu dengan seluruh kekuatanku..

Aku tercabik-cabik dan segera memberitahukanmu kebenaran..
Dunia ini terpisah, menarikku ke dalam ruang waktu..
Dengan mataku yang terbuka, dunia hanya terselimuti oleh warna abu-abu..

Di tanganku terdapat foto yang lama..
Akan ada waktu dimana dunia akan tercelup dalam warna ini..
Di sana, kamu tersenyum tak berdosa..
Dan di sana, aku mulai mencari senyummu..

Mungkinkah itu ada, waktu dimana aku bisa tersenyum lagi di dunia ini?
Meninggalkan fotomu, aku pun pergi.. [Sumber]

Aku pun tersenyum di sudut kehancuran ini ...

Selamat memperingati hari Bumi! :)

Dream On

Cerita ini diambil dari mimpi saya tadi malam kemarin. Pada menjelang pagi hari, saya langsung teringat untuk mencatatnya. Dan masih ada ingatan atau pikiran pada mimpi tersebut, akhirnya saya mencatat dengan menulis kerangkanya terlebih dahulu hingga menjadi sebuah cerita. Daripada di ingatan baru langsung di tulis kan nggak mungkin dalam beberapa menit saja. Untung saja saya menulis kerangkanya dulu. Kalo nggak hilang total sudah ...

Biasanya, mimpi yang kita alami waktu tidur pasti dari cerita ini ke cerita yang berbeda alias nggak nyambung ceritanya. Kadang cerita yang kita alami waktu tidur, eh ... kok malah ganti cerita yang lain lagi. Menurutku, cerita ini secara alami berpindah ke dimensi lain yang berbeda. Khikhikhi ... Misalnya, dalam mimpi itu, kita lagi melakukan sesuatu diwaktu siang hari. Nah, disaat tengah-tengahnya, kemudia secara tak sadar cerita tadi memudar dan pindah ke cerita yang berbeda, pada waktu malam hari dan melakukan sesuatu yang berbeda lagi. Inilah yang dinamakan dimensi cerita dari dimensi pertama ke dimensi kedua dari tempat, waktu, dan suasana yang berbeda. Hahaha~ Betulkah pendapatku tentang mimpi? 

Langsung mulai aja ya!

Saat pagi hari, aku, adik, dan kakakku lagi main laptop, sedangkan adikku hanya melolotin kedua laptop yang sedang aku dan kakak memainkannya. Saya waktu itu memainkan laptop baru kakak saya. Dan saya ngomog ke kakak saya.

"Kak, masak laptop baru kok internetnya nggak mau!?" Aku agak sedikit marah ke kakakku.
"Lho, laptop lama yang kakak lagi mainin juga nggak mau."

(Memang sih, laptop baru punya kakak yang lagi aku mainin itu nggak mau. Nggak mau maksudnya ada tanda seru warna kunig-kuning gitu na. Tapi, aslinya laptopnya yang memang nggak mau cuman kabel internetnya cuman satu!)

Ruang dan waktu beralih ke dimensi yang berbeda ...

Aku dan kakakku pergi ke suatu tempat di ladang rumput hijau. Di situ udara sejuk mengembara menghapus jelaga jiwa. Aku sangat merasakan kehadiran mereka yang berhenbus secara cepat. Kalian seperti benda transparan, yang secara disengaja engkau menembus dadaku tanpa suatu perantara apapun. Aku bersyukur karena kau telah ada untukku.

Di ujung sana, ada teman kakakku yang terdiri dari dua orang sedang main kartu Yu-Gi-Oh. Kalian tahu nggak, itu permainan kartu yang jaman dulu lagi booming, Seiring dengan berjalannya waktu seperti mereka bermigrasi ke suatu tempat, akhirnya permainan kartu yang bergambar monster-monster pun lenyap tertelan oleh zaman. Tapi, ada salah satu anime Yu-Gi-Oh yang menjadi pewaris kartu Yu-Gi, yaitu anime 'Yu-Gi-Oh Zexal' Mereka adalah sekumpulan anak SMPN yang selalu bertanding melawan musuhnya untuk mendapatkan kartu istimewa, Numbers yang digunakan Astral (Makhluk transparan atau tidak terlihat) untuk mengembalikan ingatannya yang hilang untuk dikembalikan seperti semula. Ternyata, ada juga yang bertindak jahat untuk mengambil numbers tersebut, Sehingga, jika kartu numbers yang mencapai 100 kartu itu diambil oleh orang lain sampai habis. Astral yang bersama Yuma (karakter utama Yu-Gi-Oh Zexal) tersebut akan hilang selamanya. Makanya, mereka pantang menyerah untuk mendapatkan kartu-kartu Numbers-nya. Sudah ngerti nggak?

Kembali lagi ke ceritanya. Akhirnya, aku dan kakakku pergi ke tempat mereka main kartu itu. Aku dan kakakkku juga membawa kartu Yu-Gi itu. Padahal, kakakku sudah duluan ke sana dan aku masih duduk di pondok waktu kakakku memakirkan sepeda motornya. Akhirnya aku pergi meninggalkan pondok untuk berlari ke ujung pandang sana untuk bermain bersama. Rupanya, saat aku melihat teman kakku satunya yang sedang melihat kartunya, aku mempunyai keinginan agar mereka mengajakku untuk bermain bersama. Akhirnya, mereka seperti menghiraukanku bagaikan aku tidak ada bagi mereka. Apakah aku hanya manusia astral yang tak berguna bagi kalian. Perbandingan yang berbada antara aku dengan Astral pada Yuma. Aku tidak berguna!

Aku pun kembali ke pondok. Jalanku seperti kecepatan tapi aku tidak berlari. Aku pun pergi meninggalkan mereka yang sedang asyik bermain kartu tersebut. Hariku ternyata sial di tengah-tengah permainan yang tak semestinya itu nyata. Mereka hanya sekumpulan monster yang melawan satu sama lain untuk meraih kemenangan dengan attack yang tinggi serta kartu pembantu seperti kartu spell atau trap card. Kini, aku hanya memandang mereka yang tak berarti bagiku. Untuk apa aku melihat begitu saja jika aku tidak diajak bermain sama mereka!?

Ruang dan waktu beralih ke dimensi yang berbeda ...

Aku, dan adikku menaiki motor mainan yang biasa dimaini sama anak-anak balita. Motor ini kecil bewarna biru dan bentuknya seperti roket (hampir mirip) Terus, siapa yang menjadi supirnya? Yang menjadi supirnya adalah adikku. 

"Dek, hape kakak mana?!" Aku setengah teriak dan terkejut ternyata hapeku yang semula ada sekarang menjadi tiada. Ini adalah hal yang sangat mengerikan jika suatu barang yang berharga telah hilang. Hape adalah alat komunikasi yang sangat berguna. Tanpanya, dunia seperti hampa tidak ada percakapan jarak jauh.
"Mana ku tahu!"

Setelah itu meraba-raba selangkanganku. Oh, ternyata hapeku ada tersimpan di kolom kantung celanaku. Syukurlah ... 

"Dek, udah ketemu. Ternyata ada di kantong celana kakak. Hahahaha~" Tertawa.
"Oh, hahaha~"

Kami pun tertawa manis riang bersama setelah hapeku telah ditemukan ...

Kami berada diatas air yang kuning keorange-an. Langit sudah mulai meredupkan sinarnya secara perlahan dan berganti pada malam hari. Sebuah jalan kecil yang terbuat dari kayu. Kapal dan perahu sehabis berlayar, mereka merapatkannya pada dermaga yang harus diikat denga tali kepada kayu itu agar tidak berlayar sendiri tanpa awak kapal dan pengemudinya. Suara kletak-kletok ialah yang sedang dirasakan saat kami berdua menaiki motor kecil mainan bewarna biru itu. Aneh, kenapa harus motor mainan bewarna biru? 

Disaat mau berbelok ke kanan. Tiba-tiba ada kakakku lagi merenung menatap langit keorange-an di samudra sungai itu. Ia sedang bercermin di cermin kaca sungai itu dan memikirkan apa yang ia pikirkan ...

"Lho, itu kakak." Kataku sambil mengarahkan telunjuk ini kepada sasaran.
"Iya." Jawab adikku.
"Kakak!" Teriakku.

Ia tidak menoleh, selalu bercermin ke bawah dan ia masih berdiri di sana. Kami pun meninggalkan kakak ... 

Hahaha, mungkin kakakku lagi kepengen berenang, karena dilarang terus sama orangtuanya. Sekarang, ia rindu sama langit orange itu. Kasihan ...

Ruang dan waktu beralih ke dimensi yang berbeda ...

Malam itu, aku sendiri yang menaiki motor kecil itu. Yap, aku hanya meminjamnya sebentar sama adekku untuk pergi ke gang sebelah, dan disitu tempat tinggalku dan sekerluarga. Aku menaikinya dan mau masuk gang aku melihat sekumpulan orang yang sudah masuk gang. Di dalam gelap yang sunyi, aku mengira mereka itu adalah zombie. Jadi, setelah aku menyalakan lampu motor dan mendongakkan kepala motor ini ke atas ternyata itu adalah manusia. Dan sekali lagi, saat aku mau kembali ke gang sebelah lagi, aku mengira mereka adalah zombie. Setelah aku mendongakkan kepala motor kecil ini ke atas dengan menyalakan lampu kuning itu, oh ternyata manusia juga. Perasaan kini pun terasa relax, tidak ada beban yang menurunkan berat badanku seperti kejadian tadi. Ditambah lagi aku merasa relax sekali di saat aku, kakakku, dan adikku memandang langit penuh dengan gandengan bintang berjejer dan membentuk rasi bintang di kursi kayu ini yang terletak di jalan gang sebelah ini. Malam yang dingin penuh dengan bintang menghapus kedinginan berganti suhu menjadi kehangatan diantara kita bersama.

Mimpi yang saya alami ya seperti ini. Menurut kalian gimana?

Ini mimpiku. Apa mimpimu?


Pic. from [here]