Lomba Puisi Tingkat Kota

14 / 4 / 14

Untuk kalian yang pengen tahu isi puisinya, tunggu dulu di post berikutnya. Sebelum itu, saya melanjutkan pengalaman sewaktu lomba puisi ini berlangsung.

Maaf ya ibu, ibu guru bahasa indonesia yang nyusahin saya selama ini. Kejadian memalukan datang pada saya sewaktu hendak pergi ke lombanya yang berada di SD 1 YPK tingkat SMP. Salah sendiri saya susah ngatur waktu, malah pergi jam delapan dari rumah, maunya sampe di sana malah jam setengah sembilan. Sial! Mana keliling keliling salah tempat lagi!

Ini sudah mejadi pengalaman memalukan saya dalam sejarah. Dimana semua peserta lomba puisi tingkat SMP sudah sedari tadi mengerjakan selama waktu berjalan. Dan saya paling terakhir datang diantara peserta yang lain. Untung waktu masih lama. Waktunya dua jam untuk mengerjakannya. Bagaimanapun juga, saya kudu memikirkan gagasan menarik di kertas coretan dua lembar yang sudah disediakan dan menyalin serta mengatur kembali kata katanya di kertas isi. Karena, tema yang ditentukan tidak sesuai dengan tema yang ibu bahasa indonesia terapkan. Yaitu tema "Budaya Lalu Lintas". Benar benar melampaui harapan saya. Dengan keyakinan diri, saya harus bisa!

Dan waktu berakhir di jam dua belas siang.

Syukur syukur saja saya membuatnya sebanyak dua lembar dan tidak terisi penuh. Entah apa dipikiran saya setelah selesai mengerjakan dan disuruh keluar menunggu pengumuman di siang harinya. Mungkin saja saya sembarangan membuatnya, atau menyerah sebelum pengumuman pemenang lomba. Apa boleh buat, saya pasrah, begitupun juga ibu guru saya yang bersama saya. Saat ditanya oleh ibu guru saya. Saya serius tidak bisa menjawab banyak. Saya berpikir mau saya lontarkan jawaban apa yang sesuai dengan pertanyaan ibu. Lidah saya kelu. Saya hanya bisa mengangguk ketika ditanya apa saja yang sesuai dimasukkan kedalam temanya. Itu pun belum semuanya ada.

Padahal, saya sudah bersusah payah menghafalin puisi yang saya buat untuk persiapan sebelum lomba di hari Sabtu yang lalu itu.

Saya hanya bisa pasrah dan berdoa semoga menang dan juara satu.

Setelah itu, saya dibawa ke ruang lomba menggambar bersama ibu guru. Ruang ini bersebelahan dengan sekolah SD 1 YPK yang ditempatkan sebagai lomba puisi dan cerpen. Disana, banyak peserta yang mengikutinya. Rata rata gambaran mereka bagus. Ternyata ada teman saya sedang menggambar batik bewarna warni sesuai dengan tema yang dibilang. Warna warna di gambarannya ada orange, pink, merah, dan latar belakangnya dihiasi wakna ungu (memberikan kesan keperempuanan). Memang dia perempuan, memakai baju olahraga. Sementara saya kemeja warna hitam dan celana jeans. Sederhana. Ketika itu, dia menoleh dan entah, apakah dia melihat saya atau ibu atau bersama sama atau bergulir, saya tidak pakai kacamata. Dan, dia merasa malu ketika ada kami, entah mengapa. Setelah itu, dia tidak lagi melihat kami. Untuk apa juga dia melihat kami terus? Dia sedang sedang berkutat dengan pekerjaannya, sementara waktu masih menunjukkan pukul dua belas siang. Masih banyak waktu dia buat mengerjakannya. Entah berapa lama waktu selesainya.

Saya dan ibu guru berpindah tempat ke tempat paduan suara. Disana, banyak orang duduk menyaksikan yang ada di depan. Saya duduk di dekat guru guru saya yang juga mendampingi muris muridnya untuk ikut lomba. Tidak lama saya disuruh menunggu anak lain yang masih ada di ruang lomba cerpen. Mungkin sebentar lagi selesai.

Setelah selesai, saya kembali ke tempat paduan suara. Disitu seperti ada antara penonton dan penyanyi. Dan, begitulah, saya tidak ingat lagi apa yang saya lalukan. Seingat saya, saya bersama ibu guru saya bolak balik melihat lihat peserta lain, dan kembali lagi ke tempat paduan suara.

Waktu berlalu, selama saya disana, saya ditelpon sama ibu. Berkali kali malah. Entah saya harus melakukan apa untuk menghadapi telepon dari ibu saya. Suara ibu tidak terdengar karena suara di ruangan ini penuh sekali. Akhirnya, saya mohon pamit ke guru guru saya dan pergi meniggalkan ruangan.

Seperti sepasang yang dipertemukan kembali tanpa disadari lewat hape dan di dunia nyata (maaf, biar saya jelaskan). Saya sms kembali ibu saya, di tempat menunggu di SD 1 YPK. Dan, tanpa disadari, saya mendengar suara ibu saya, terdengar dekat di kursi panjang berikutnya, saat ibu saya menyapa guru SD saya dulu, tapi masih duduk di situ. Spontan, saya menoleh dan merasa kejadian ini sungguh di luar dugaan. Mengapa saya tidak menyadari ibu duduk hendak menelepon saya dalam tempat yang sama?

Dan saya tidak tahu kalau ibu saya menjemput saya dengan motor, bukan dengan mobil bapak saya.

Sial!

b|d

2 Bulan yang Terlewatkan

[link]
Kepada para penghuni blog ini walaupun sepi,

Terima kasih telah membaca tulisan demi tulisan yang sudah dipos ke sini. Sorry banget karena sudah lama nggak pernah lagi ngepos tulisan apa aja yang akan dimasukkan ke blog ini. Selama saya pergi sementara tanpa bilang dulu, banyak hal hal yang dilakukan tanpa tiap kali menceritakannya di sini. Kali ini, hanya tulisan pendek. Kenapa? Nggak hanya tulisan ini saja kan yang pendek, tulisan tulisan terdahulu juga ada yang pendek. Oh, gitu. Hh.

Oke, kegiatan yang saya lakukan selama ini nggak ada guna gunanya juga sih, ada yang sedikit, tapi kemungkinan menurut saya kegiatan ini sedikit perjuangan tanpa setengah setengah. Hh. Namanya anak muda jaman sekarang, banyak maunya, banyak malasnya. Tapi, kegiatan ini diadakannya lomba ....
Oke, kalimat sebelumnya saya potong dulu biar penasaran. Hh. Maksud saya memotongnya biar tulisan ini menarik walau hanya tulisan pendek. Benar kan?

Mulai dari hal hal belakangan ini. Saking lamanya saya nggak updet lagi tulisan selama bulan februari sampai maret ini, selama DUA BULAN ini, membuat saya resah ketika di detik detik terakhir ini. Sebelumnya nggak merasakan ini waktu lamanya selalu bersantai dengan Tab Samsung Galaxy ini punya ibu saya yang sudah dibeli beberapa bulan yang lalu, setelah saya menulis "Surat Untuk Seseorang" yang dibaca sama pengunjung blog yang saya follow untuk blog ini lalu memberikan komentarnya yang katanya surat disitu mempunyai makna mendalam. Terima kasih ya! :)

Kali ini, saya ingin bercerita banyak mulai dari satu,

Surat Untuk Seseorang (1)

Untuk,

Dia

Dear, ...

Maaf untuk yang kesekian kalinya. Kali ini, aku menyesal. Menyesal karena segalanya telah terlambat. Bagaimanapun juga, aku harus memulai semuanya dari awal. Tapi, mulai dari mana?

Jawaban itu terus terang masih terngiang di kepalaku. Untuk mencari jawabannya, aku butuh bantuanmu. Tapi, untuk kesekian kalinya, aku ingin lagi mencoba untuk menyapamu, dengan segala kekuatan yang aku miliki. Bagaimana pun juga, kau harus memerima dan menjawab pertanyaan barusan yang aku katakan. Ayolah, kamu jangan menaggap aku seperti dulu, yang suka jahat kepada yang lainnya, tanpa memikirkanmu dan serba salah tidak mengerti perasaanmu. Maaf untuk kesekian kalinya. Kali ini, aku memanggilmu di sini. Bagaimana, apa kau mendengar suara seruanku?

Kali ini, untuk harapan kedua, aku harus berubah, mencari segala sesuatu untuk menyatukan kisah ini yang masih lama menjadi kepingan puzzle. Sudah lama tidak menyatukannya. Dari dulu, kita selalu begitu. Mempermainkan perasaan di atas awan, lalu disitu kita main lompat-lopatan. Seperti trampolin yang kita anggap seperti itu. Tapi, kepingan puzzle itu perlahan lahan menghilang dan terselip entah dimana. Setalah lama aku mencari, ternyata sisa satu kepingan puzzle itu ada di kamu. Ternyata kamu yang mengambilnya. Mencoba untuk aku yang menyapamu laku mengambilya. Ya, ini seperti permainan antara cinta dengan hiburan. Seperti hati yang selalu kita permainkan dengan sakit. Mencoba pelan pelan untuk melangkah agar tidak terbang tinggi dan jatuh terlalu keras. Ya, ijinkan aku mengambilnya. Lalu aku mencoba untuk menyusunnya. Jika semuanya terpasang, maka disitulah suatu wajah mu terpancar di kepingan puzzle tersisa yang telah lama aku cari. Dan disitu, segala cerita mulai bangkit dengan perlahan lahan agar tumbuh menjadi sempurna. Ya, aku ingin menjadikan cerita kita menjadi sempurna, jika saja ada dan aku bisa menemukan kepingan puzzle itu. Semoga.

Kau, maukah menjawab semua pertanyaanku itu? Maukah kau memberikan salah satu yang tersisa kepingan puzzle yang tertidur pulas di pelukanmu itu? Dan maukah kau mengulangi segalanya dari awal? Tanpa kau, hidupku menjadi semakin rumit setelah aku menyadari, dari awal. Ternyata hidupku penuh dengan pikiran tentang senyuman yang terukir diwajahmu di masa lalu itu, membuat hatiku tersayat pisau bermata dua ketika mengingatnya kembali.

Dan, semoga kau mengingat aku lagi, setelah sekian lama kau melupakanmu, dan aku melupakanmu juga, setelah sekian lama waktu itu kita berpisah selamanya. Tapi, tidak untuk hari ini, aku mencoba untuk bangkit kembali, semoga kau diseberang sana bangkit juga, dan kedua belah tanah ini yang memisahkan kita. Kita harus sama sama mendorongnya dan menyatukannya, seperti cinta yang mencoba untuk mengisi jiwa kita yang masih ada kembali.

Ini aku,

Seseorang