Pembacaan Do'a

Di pagi hari ini, saya bertugas sebagai pembaca'an do'a. Entah mengapa saya merasa sangat senang dengan semangat yang menggebu. Karena baru pertama kalinya disuruh sama pak wali kelas menjadi petugas upacara. Baru pertama kalinya megang buku yang sangat tipis itu dan membacakannya di hamparan manusia dengan siap mengangkat tangannya dan menundukkan kepada sejenak untuk mendengarkan seruan do'aku kepada kalian dan menyerahkannya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan, kenapa saya bertugas sebagai pembaca do'a? Mungkin saja aku ini orangnya pendiam, sesuai dengan tugasnya yang bersifat sunyi. Bisa memikirkannya kan karakteristiknya Bayu?

Sebelumnya, enak aja, nggak usah dibaca-baca ulang. Yang penting, suara lembut dan harus diresapilah yang menentukan makna dan arti dibalik setiap kalimat yang akan ku bacakan di depan mata teman-temanku. Mereka menundukkan kepala sejenak untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberi kemudahan, rizeki, berkah, serta nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. 

Sebelum upacaranya dimulai, ada salah satu temanku yang nggak masuk jadi petugas upacara juga, sebagai pembacaan 'Janji-Janji Pelajar SMPN 3 Bontang'. Karena waktunya udah mepet mau dimulai, akhirnya bapak wali kelasku menggantikannya dengan teman perempuanku yang sudah lama berada di tengah-tengah lapangan dan menunggu waktunya dimulai. Oh iya, dia menjadi ketua kelas di kelasku juga. 

Belum aja dimulai, dia udah mulai gugup. Yah, sebagai manusia yang merasakan hal-hal baru dan ditugaskan dalam melakukan hal apapun, pasti merasa takut, gugup, dan ragu-ragu untuk melaukannya. Saya pun juga merasakannya. Tetapi, rasa senang membuat untuk mundur pun menghilang dengan benteng pertahanan yang kuat serta rasa yang membuat kita menjadi bersemangat untuk melakukannya. Saya melakukannya tanpa beban. Semuanya seperti berjalan lancar tanpa hambatan yang membuat saya menjadi mundur untuk melakukannya. 

Waktu demi waktu terus berjalan. Disampingku hampir sudah melaksanakan tugasnya sebagai petugas upacara. Sampai berlama-lama menunggu giliran pun saya tidak sama sekali merasakan yang namanya gugup. Akhirnya, sampailah pada giliran saya untuk membacakan teks yang sudah ada tertempel pada kertas yang disampul dengan laminating dan kain batik pada tempat penyimpanannya. Temanku yang menjadi pembaca 'Janji-Janji Pelajar SMPN 3 Bontang' telah menyorongkan mic. ke mulutku tuk membacakannya dengan meresapi setiap kalimat-kalimat yang terkandung dalam do'a serta isi tersebut. Entah mengapa, saya seperti terbawa suasana dan tidak menyadarinya, bahwa suara saya berganti ke jenis suara vokal ke-2, kayak suara bapak-bapak gitu. Entah mengapa, teman perempuanku yang memegang mic.nya kepadaku, tangannya serasa bergetar terus menerus seperti kesetrum kabel listrik pada untaian-untaian kabelnya di atas langit biru. Hal itulah yang dapat saya ketahui saat upacaranya telah selesai dan masuk ke kelasnya masing-masing. Coba saja aku segera berpikir dan melihat tangannya yang bergetar itu langsung memegang lengannya untuk menghilangkan rasa gugup itu padanya. Lalu, menampakkan senyuman manis ini tanda untuk menenangkan rasa gugup kepadanya. Hal itu mungkin dapat menghilangkan kefokusanku dalam membacakan do'a ini, bisa jadi waktu ngebaca selanjutnya akan berhenti sejenak dan semuanya memerhatikan aku dengan tampang heran.

Aku nggak tahu baca do'anya bagus apa nggak? Yang kurasakan saat ini adalah aku tidak tahu apa yang dipikirkan semua orang tentang pendapat mengenai suaraku saat membacanya. Yang terpenting, aku merasa belum puas dan senang melaksanakannya. Yang terpenting lagi, aku tidak mengharapkan pujian dan lainnya dari teman-temanku dan stuff dewan guru, itu sudah cukup bagiku untuk tidak melakukannya. Moga-moga bagus ya! Hahaha~

Pic. from [here]

0 Komentar:

Posting Komentar