Dream On

Cerita ini diambil dari mimpi saya tadi malam kemarin. Pada menjelang pagi hari, saya langsung teringat untuk mencatatnya. Dan masih ada ingatan atau pikiran pada mimpi tersebut, akhirnya saya mencatat dengan menulis kerangkanya terlebih dahulu hingga menjadi sebuah cerita. Daripada di ingatan baru langsung di tulis kan nggak mungkin dalam beberapa menit saja. Untung saja saya menulis kerangkanya dulu. Kalo nggak hilang total sudah ...

Biasanya, mimpi yang kita alami waktu tidur pasti dari cerita ini ke cerita yang berbeda alias nggak nyambung ceritanya. Kadang cerita yang kita alami waktu tidur, eh ... kok malah ganti cerita yang lain lagi. Menurutku, cerita ini secara alami berpindah ke dimensi lain yang berbeda. Khikhikhi ... Misalnya, dalam mimpi itu, kita lagi melakukan sesuatu diwaktu siang hari. Nah, disaat tengah-tengahnya, kemudia secara tak sadar cerita tadi memudar dan pindah ke cerita yang berbeda, pada waktu malam hari dan melakukan sesuatu yang berbeda lagi. Inilah yang dinamakan dimensi cerita dari dimensi pertama ke dimensi kedua dari tempat, waktu, dan suasana yang berbeda. Hahaha~ Betulkah pendapatku tentang mimpi? 

Langsung mulai aja ya!

Saat pagi hari, aku, adik, dan kakakku lagi main laptop, sedangkan adikku hanya melolotin kedua laptop yang sedang aku dan kakak memainkannya. Saya waktu itu memainkan laptop baru kakak saya. Dan saya ngomog ke kakak saya.

"Kak, masak laptop baru kok internetnya nggak mau!?" Aku agak sedikit marah ke kakakku.
"Lho, laptop lama yang kakak lagi mainin juga nggak mau."

(Memang sih, laptop baru punya kakak yang lagi aku mainin itu nggak mau. Nggak mau maksudnya ada tanda seru warna kunig-kuning gitu na. Tapi, aslinya laptopnya yang memang nggak mau cuman kabel internetnya cuman satu!)

Ruang dan waktu beralih ke dimensi yang berbeda ...

Aku dan kakakku pergi ke suatu tempat di ladang rumput hijau. Di situ udara sejuk mengembara menghapus jelaga jiwa. Aku sangat merasakan kehadiran mereka yang berhenbus secara cepat. Kalian seperti benda transparan, yang secara disengaja engkau menembus dadaku tanpa suatu perantara apapun. Aku bersyukur karena kau telah ada untukku.

Di ujung sana, ada teman kakakku yang terdiri dari dua orang sedang main kartu Yu-Gi-Oh. Kalian tahu nggak, itu permainan kartu yang jaman dulu lagi booming, Seiring dengan berjalannya waktu seperti mereka bermigrasi ke suatu tempat, akhirnya permainan kartu yang bergambar monster-monster pun lenyap tertelan oleh zaman. Tapi, ada salah satu anime Yu-Gi-Oh yang menjadi pewaris kartu Yu-Gi, yaitu anime 'Yu-Gi-Oh Zexal' Mereka adalah sekumpulan anak SMPN yang selalu bertanding melawan musuhnya untuk mendapatkan kartu istimewa, Numbers yang digunakan Astral (Makhluk transparan atau tidak terlihat) untuk mengembalikan ingatannya yang hilang untuk dikembalikan seperti semula. Ternyata, ada juga yang bertindak jahat untuk mengambil numbers tersebut, Sehingga, jika kartu numbers yang mencapai 100 kartu itu diambil oleh orang lain sampai habis. Astral yang bersama Yuma (karakter utama Yu-Gi-Oh Zexal) tersebut akan hilang selamanya. Makanya, mereka pantang menyerah untuk mendapatkan kartu-kartu Numbers-nya. Sudah ngerti nggak?

Kembali lagi ke ceritanya. Akhirnya, aku dan kakakku pergi ke tempat mereka main kartu itu. Aku dan kakakkku juga membawa kartu Yu-Gi itu. Padahal, kakakku sudah duluan ke sana dan aku masih duduk di pondok waktu kakakku memakirkan sepeda motornya. Akhirnya aku pergi meninggalkan pondok untuk berlari ke ujung pandang sana untuk bermain bersama. Rupanya, saat aku melihat teman kakku satunya yang sedang melihat kartunya, aku mempunyai keinginan agar mereka mengajakku untuk bermain bersama. Akhirnya, mereka seperti menghiraukanku bagaikan aku tidak ada bagi mereka. Apakah aku hanya manusia astral yang tak berguna bagi kalian. Perbandingan yang berbada antara aku dengan Astral pada Yuma. Aku tidak berguna!

Aku pun kembali ke pondok. Jalanku seperti kecepatan tapi aku tidak berlari. Aku pun pergi meninggalkan mereka yang sedang asyik bermain kartu tersebut. Hariku ternyata sial di tengah-tengah permainan yang tak semestinya itu nyata. Mereka hanya sekumpulan monster yang melawan satu sama lain untuk meraih kemenangan dengan attack yang tinggi serta kartu pembantu seperti kartu spell atau trap card. Kini, aku hanya memandang mereka yang tak berarti bagiku. Untuk apa aku melihat begitu saja jika aku tidak diajak bermain sama mereka!?

Ruang dan waktu beralih ke dimensi yang berbeda ...

Aku, dan adikku menaiki motor mainan yang biasa dimaini sama anak-anak balita. Motor ini kecil bewarna biru dan bentuknya seperti roket (hampir mirip) Terus, siapa yang menjadi supirnya? Yang menjadi supirnya adalah adikku. 

"Dek, hape kakak mana?!" Aku setengah teriak dan terkejut ternyata hapeku yang semula ada sekarang menjadi tiada. Ini adalah hal yang sangat mengerikan jika suatu barang yang berharga telah hilang. Hape adalah alat komunikasi yang sangat berguna. Tanpanya, dunia seperti hampa tidak ada percakapan jarak jauh.
"Mana ku tahu!"

Setelah itu meraba-raba selangkanganku. Oh, ternyata hapeku ada tersimpan di kolom kantung celanaku. Syukurlah ... 

"Dek, udah ketemu. Ternyata ada di kantong celana kakak. Hahahaha~" Tertawa.
"Oh, hahaha~"

Kami pun tertawa manis riang bersama setelah hapeku telah ditemukan ...

Kami berada diatas air yang kuning keorange-an. Langit sudah mulai meredupkan sinarnya secara perlahan dan berganti pada malam hari. Sebuah jalan kecil yang terbuat dari kayu. Kapal dan perahu sehabis berlayar, mereka merapatkannya pada dermaga yang harus diikat denga tali kepada kayu itu agar tidak berlayar sendiri tanpa awak kapal dan pengemudinya. Suara kletak-kletok ialah yang sedang dirasakan saat kami berdua menaiki motor kecil mainan bewarna biru itu. Aneh, kenapa harus motor mainan bewarna biru? 

Disaat mau berbelok ke kanan. Tiba-tiba ada kakakku lagi merenung menatap langit keorange-an di samudra sungai itu. Ia sedang bercermin di cermin kaca sungai itu dan memikirkan apa yang ia pikirkan ...

"Lho, itu kakak." Kataku sambil mengarahkan telunjuk ini kepada sasaran.
"Iya." Jawab adikku.
"Kakak!" Teriakku.

Ia tidak menoleh, selalu bercermin ke bawah dan ia masih berdiri di sana. Kami pun meninggalkan kakak ... 

Hahaha, mungkin kakakku lagi kepengen berenang, karena dilarang terus sama orangtuanya. Sekarang, ia rindu sama langit orange itu. Kasihan ...

Ruang dan waktu beralih ke dimensi yang berbeda ...

Malam itu, aku sendiri yang menaiki motor kecil itu. Yap, aku hanya meminjamnya sebentar sama adekku untuk pergi ke gang sebelah, dan disitu tempat tinggalku dan sekerluarga. Aku menaikinya dan mau masuk gang aku melihat sekumpulan orang yang sudah masuk gang. Di dalam gelap yang sunyi, aku mengira mereka itu adalah zombie. Jadi, setelah aku menyalakan lampu motor dan mendongakkan kepala motor ini ke atas ternyata itu adalah manusia. Dan sekali lagi, saat aku mau kembali ke gang sebelah lagi, aku mengira mereka adalah zombie. Setelah aku mendongakkan kepala motor kecil ini ke atas dengan menyalakan lampu kuning itu, oh ternyata manusia juga. Perasaan kini pun terasa relax, tidak ada beban yang menurunkan berat badanku seperti kejadian tadi. Ditambah lagi aku merasa relax sekali di saat aku, kakakku, dan adikku memandang langit penuh dengan gandengan bintang berjejer dan membentuk rasi bintang di kursi kayu ini yang terletak di jalan gang sebelah ini. Malam yang dingin penuh dengan bintang menghapus kedinginan berganti suhu menjadi kehangatan diantara kita bersama.

Mimpi yang saya alami ya seperti ini. Menurut kalian gimana?

Ini mimpiku. Apa mimpimu?


Pic. from [here]

0 Komentar:

Posting Komentar