Separuh Aku

#nowplaying: NOAH - "Separuh Aku"

Musim panas tiba. Hari itu, keadaan mulai memanas. Suara jangkrik bersuara seakan di pagi hari suara burung berkokok menantikan mahkluk hidup memberi makan kepadamu berupa pelet atau jagung. Sinar mentari yang terik itu memanasiku, seakan amarahku semakin melonjak naik. Semakin panas, semakin naik juga amarahku. Hah, mustahil.

Aku hanya terbaring memandang langit-langit rumahku yang putih dan ku lihat seekor cicak menapakkan kakinya di langit-langit itu. Kapan kulit kakinya yang mencengkram kuat itu akan lepas? Dan dia jatuh, secepatnya kucingku yang banyak di dapurku akan menerkam si cicak. Siapa cepat, dia dapat? mungkin itu kata bijaknya si kucingku. Siapa yang lambat tiba makan, merekalah yang kelaparan. Mungkin ini juga kata bijaknya si kucing. Mungkin kita juga harus megikuti atau meneladani kata-kata bijak si kucingku. Kalo dari sifat dan pikiran, nggak usah diikutin. Nanti derajat kita malah leih rendah daripada hewan. Hewan tetaplah hewan, manusia tetaplah manusia, kedua makhluk tersebut tidak boleh disama-samakan! Mungkin ini juga kata bijakku. Mohon, jangan dibandingin dengan kata bijaknya si kucingku. Kan baru aja di kasih kata bijakku.

Panas sudah mencapai titik kulminasinya. Aku hanya bisa mengeram mataku dan tidur terlentang sambil kipas tornado itu dinyalakan. Dinginnya angin ini tak sebanding dengan hawa panas dari dunia luar sana, hal ini membuatku makin gerah. Bagaimana dengan kipas yang sering ibu-ibu make? ah, hawa dingin juga masih menjauhi tingkat kepanasan matahari.

Semakin panas sinar matahari itu, malah aku semakin marah dan muak dengan panas ini. Sekarang aku MUAK! Saking marahnya, aku akhirnya mengambil keputusan untuk membeli es ti toko terdekat. Aku hanya mengenakan baju kaos sederhana dan celana jens sederhana. Aku akhirnya tidak dapat menyesuaikan panas matahari dengan tubuhku. Aku hanya menahan panas ini. Panas ini seperti mereka memanggangku atau menggoreng aku. Kepalaku hanya ku turunkan ke bawah. Bagaikan aku sedang merenung panas yang menyengat ini, aku berpikir kapan mereka akan menghilang?!

Sesampainya, aku mendongakkan kepalaku ke atas dan menjadi datar. Saat itu aku terkejut dan mengaga dihadapnnya. Rika!? oh, ehm ... dia temenku. Teman perempuan akrabku. Kenapa dia ke market terdekatku? padahal rumahnya jauh dari rumahku yang dekat dengan mini market ini? apakah ada sesuatu yang disembunyikannya kepadaku. Mungkin sesaat ini pada percakapan ini.

"Kok, kamu ke minimarket, ngapain?" Ku lihat di tangan kanannya membawa seplastik yang berisikan satu es krim saja. Mungkin ia hanya mampir membeli eskrim.

"Oh, Bayu! Aku kesini mau beli es krim dan sekalian mau mampir kerumahmu."

Lalu, belum sempat aku bertanya, dia langsung mengambil pertanyaanku.

"Nih, kita bagi seperuh es krim ini!" Dia memotong separuh es krim bewarna biru itu. Es krim di Jepang yang biasa dibeli saat musim panas. Apa ya namanya? es balok?

Sambil berjalan dan menjilat es krim yang diberikannya barusan, aku membuka obrolan ...

"Eh, makasih. Sebetulnya aku membeli es ini di toko ini juga. Dan kebetulan kamu datang. Jadi, nggak jadi beli deh.
"Oh, ya udah aku boleh ke rumahmu?" Tanyanya.
"Hmmh, boleh. Ada perlu apa?"
"Cuman mampir. Boleh main-main?"
"Boleh. Nggak masalah, mumpung kedua orangtuaku lagi berbulan madu."
"Oh, romantisnya orang tuamu. Bagaimana kalo mereka seperti kita? Bayangkan saja, mereka berbulan madu sama seperti kita berjalan bersama."
"Hah, itu mustahil! Orang tua tetaplah orang tua. Kita tetaplah kita." Aku sedikit marah.

"Hihihi." Sambil menutup mata, tangan kananya dilekatkan pada dagunya, dan tersenyum sambil ketawa.

"Ah kamu. Ngerayu"
"Haha, bercanda."

Akhirnya, kita berdua sampai di rumahku.

Separuh aku kamu ... Es krim yang engkau belah sama dengan hatimu yang kau belah dengan memberikannya kepadaku ... Aku dan engkau menjadi hati yang separuh ... Mereka ada pada genggaman kita, mereka yang kita pegang berdua akan meleleh, berubah menjadi air yang tak berguna. Mengalir sendiri dan berpisah dengan kenangan yang telah lama kita lalui ... Mungkinkah kita berdua kelak akan menjadi seperti itu?
Dan terjadi lagi kisah lama yang terulang kembali
Kau terluka lagi dari cinta rumit yang kau jalani
Aku ingin kau merasa kamu mengerti aku mengerti kamu
Aku ingin kau sadari cintamu bukanlah dia

Dengar laraku suara hati ini memanggil namamu
karena separuh aku dirimu

Ku ada disini pahamilah kau tak pernah sendiri
Karena aku selalu di dekatmu saat engkau terjatuh
Aku ingin kau merasa kamu mengerti aku mengerti kamu
Aku ingin kau pahami cintamu bukanlah dia

Dengar laraku suara hati ini memanggil namamu
karena separuh aku dirimu

Dengar laraku suara hati ini memanggil namamu
Karena separuh aku menyentuh laramu
Semua lukamu telah menjadi milikku
Karena separuh aku dirimu. [Sumber]
Pic. from [here]

0 Komentar:

Posting Komentar