Dasar Hatiku

Rasa putus asalah yang sedang merajarela hatiku. Hati ini sekarang sudah mencapai batasnya, hati yang hampir meledos seperti balon yang terisi penuh dengan keosongan di hati ini. Kau membuatku merasa sakit hati hanya satu kata yang membuat hatiku terasa remuk karenaku. KITA PUTUS! itulah kata-kata yang barusan dia ucapkan pada saat aku masih senang bersamamu. Setelah berlalu, mimik ini secepatnya berubah dengan kemurungan yang tiada batasnya. Aku pergi meninggalkanmu yang sudah lama duduk di bangku panjang. Hanya engkau saja yang sedang mengisi bangku itu. 

Seseorang telah menyendiri di sudut-sudut tembok yang sudah berlumut dan dipenuhi dengan tumbuhan-tumbuhan yang merambat. Daun-daun yang lebar-lebar itu menjadi tempat aku berteduh dari terik matahari yang sinar memancar, sehingga pancarannya tak dapat menyerangku. Oleh karena itu, kegelapan telah berada di pihakku, kesedihan, kesakitan, dan rasa putus asalah yang menyelimuti perasaan ini. Perasaan yang diselimuti oleh teresebut tidak menjadikan hangat, melainkan selimut yang mengurung, menjepit, dan menyempitkan diriku sekarang.

Sore, pancaran sinar matahari mulai meredup, meninggalkan sisa cahaya dari langit yang sekarang berubah warna menjadi orange. Dibawah orange ada langit yang mulai gelap. Bagaikan cahaya yang hampir terkalahkan oleh langit bewarna biru-gelap. Mereka itu bagaikan jiwaku sekarang. Jiwaku hampir kosong, kosong seperti tanah yang gersang tiada air yang mengisinya. Kapan hujan akan turun menyerap tanah yang gersang itu? kapan hatiku yang kering, remuk, pedih, dan kosong ini akan terisi dengan dia? Semua itu hanya anganku. Mungkin suatu peristiwa ini hanya khayalan belakan saja. Mungkin suatu peristiwa ini tak mungkin terungkap olehnya. Mungkin juga suatu peristiwa ini tidak pernah terjadi di hadapanku.

Sekarang, makin gelap, gelap, menjadi gelap gulita. Hatiku hampir sedikit lagi kosong ingin hantu akan mengajakku untuk pergi ke kegelapan yang lebih gelap dari langit malam. Mungkin hantu akan mengajakku untuk pergi bersama dalam berbuat kemaksiatan. Seperti tetesan air yang hanya se-cuil akan jatuh ke tanah itu. Ah, itu nggak mungkin terjadi. Apa yang harus kulakukan?. Mungkinkah tak ada jalan pintas untuk mencapai sinar mentari? Semua itu pasti ada jalannya? Semua yang kulakukan untuk mencapai kecerahan pun bisa saja terjadi? semua harapan ada di tanganku. Tuhan pasti akan menjawabnya. Selalu ...

"Hai ... Kita baikan lagi yuk?" Suara siapa itu? Ku dongakkan kepalaku ke atas tuk melihat. Ternyata dia, gadis yang barusan memutuskan aku dengan rasa kejam. Ku lihat wajahnya bersenyum menghapus kesedihan ini. Tangannya mengulurkan kepadaku. Aku akan meraihnya dengan genggaman erat kepadanya. Suatu permohonan maaf yang tiada akhirnya bagiku. 

Tiba-tiba, suasana pun berubah. Waktu berbalik memutar jarum jam yang berdeta kembali ke semula dengan cepat. Memutarkan langit 180 derajat menjadi cerah dengan mataharinya. Langit gelap yang merasuki cahaya petang pada sore hari pun berubah dengan cerah dengan matahari tadi. Tanah yang kering, gersang, dan tandus itu pun sekarang terisi dengan air yang berlimpah dari hujan mulai turun dengan deras seraya dengan air mata kita berdua. Hatiku yang semula kosong ini kering, remuk, pedih, dan kosong ini seketika berubah menjadi hati yang cerah terisi dengan darah murni yang mengalir melewati pembuluh darah. Suatu yang kuanggap angan ini ternyata tidak. Secara cepat kesenangan akan terjadi padaku. Sebuah harapan besar yang berada di tanganku sudah dari tadi Tuhan menjawabnya, sebelum aku memulainya. Iya, Tuhan maha kuasa dengan segala kekuatannya akan ia lakukan tanpa kesat mata, atau bahkan aku tidak dapat melihat kuasanya dan wujudnya. Semua itu hanyalah kuasa tuhan.

Kita berpelukan. Saling menerima maaf. Suatu moment yang tak akan pernah terlupakan diantara kita berdua ...

Dasar hatiku telah terisi olehmu 
darahku telah kau sentuh 
mengalir mengisi kekosongan hatiku
Segalanya telah hilang dari amarahmu

Segalanya telah menghilang dari kekosongan ini
Kita telah berbaikan, segala kesenangan kan terungkap
“Don't cry because it's over, smile because it happened.” 

― Dr. Seuss
Pic. from [here]
#Menurut saya, kisah ini kayak terbalik ya? Laki-lakinya nggak sampai segitunya. Depresi tingkat atas. Hehehe ...

0 Komentar:

Posting Komentar