Love At Spring (4)

Baca: Love At Spring (3)

Nightmare 



Pic. from [here]
Aku terbangun, ku buka mataku dengan pelan-pelan. Aku melihat pemandangan sekitar. Aku berada di sebuah pinggir jalan, dengan sinar bulan yang sirna serta lampu-lampu di sekitarku tak terlalu gelap. Seperti waktu tengah malam. Aku takut akan kegelapan di malam hari, tubuhku bergemetaran, aku merinding, jantungku berdebar-debar. Tiba-tiba, sesosok orang yang sedang berjalan, memakai celana jens warna biru, dan baju kaos bewarna merah sedang berjalan menghampiriku. Aku takut, aku harus bagaimana. Lama-kelamaan dia semakin cepat menghampiriku, aku terkejut setengah mati. Berlari secepat kilat tuk menghindarinya. Nafasku menghembus dengan cepat ngos-ngosan, jantungku masih berdebar-debar dengan kencang, detak-nya tak sebanding dengan sebelumnya. Akhirnya aku sampai di belahan apartemen menjulang tinggi. Aku terjebak, aku harus bagaimana? Tamat sudah...

Orang yang menghampiriku tadi itu menemukan aku di jalan sempit ini. Dia menoleh ke aku, dan langsung berjalan mendekatiku. Aku takut, tak bisa bergerak karena daerah ini sempit. Aku tak dapat berteriak meminta tolong, serasa mulutku terkunci olehnya, aku hanya berharap meminta pertolongan.

Dia mendapatiku. Memegang kedua pundakku dengan kedua tangannya, menatapku dengan polos. Lalu, dia mengucapkan kata bahwa ia ingin menjadi pacarku. Aku terkejut oleh katanya, aku hanya terdiam memikirkannya. Perasaanku, aku sudah mempunyai pacar, entah siapa namanya. Wajahnya tak bisa ku bayangkan, terasa masih samar-samar. Ku berpikir keras tuk terus mengingatnya, tetap nihil. Padahal, aku tak melupakannya.

“Aku menyukaimu. Kau mau menjadi pacarku?!” Suaranya memanggilku sekaligus bertanya. Dia memegang kedua pundakku.
“Apa!? Aku nggak mau! Aku nggak mau jadi pacarmu!!!” Akhirnya, mulutku bisa membuka dan mengeluarkan suara maut dengan sekeras-kerasnya.
“Kau harus jadi pacarku! Aku telah lama mencintaimu!”
“Tidak...! aku tidak mau menjadi pacarmu!”

Ia menyerah, lalu melepaskan tangannya dari pundakku. Tangan kanannya mengarahkan pada saku celananya. Mengeluarkan sebuah pisau tajam yang berkilauan. Dia menunjukkan pisaunya kepadaku. Aku merinding, hanya bisa berteriak sekencang-kencangnya.

“Kalau kau tidak menjadi pacarku. Aku akan membunuh kau!”
“Nggak! Nggak! Nggaaakk...~!” Aku mengucakannya sambil menggelengkan kepalaku pelan-pelan dari arah kanan ke kiri, begitu seterusnya.

Pisaunya mendekati aku secara perlahan, dikendalikan oleh pemiliknya. Pisaunya mengarah ke bagian perutku, mataku juga melihat pisau itu mau menusukku. Perutku terasa memundur, dilakukan oleh saraf-sarafku.

Pisaunya langsung menusukku. Sebelum menusukknya, aku langsung berteriak dan menutup mataku. Gelap menyelimutiku.

“Tidak~!”
“Haaaaa....~!” Aku langsung terbangun dari tidurku. 
"Hah, ternyata mimpi saja." Dia baru teringat, semalaman ia tertidur, lupa menyuci kaki, dan lupa mandi malam.
"Pantesan saja, aku bermimpi buruk gara-gara kelupaan mandi, cuci kaki, sama baca do'a."

Aku kembali berpikir tentang mimpi yang barusan terjadi. Aku tak menyangka mimpi itu sangat buruk. Sampai-sampai aku mau sekarat dengan darah mengalir kemudian memenuhi kepalaku. Apakah ada maksud dari mimpi tersebut? Apakah aku terlalu memikirkan Kiki dan jangan sampai direbut oleh gadis lain?

Barusan tadi itu apa? Aku bermimpi seseorang mau membunuhku dengan pisau tajamnya. Siapa dia? Sepertinya aku mengenal dia... Hah! Itu pacar lamaku, jangan-jangan ia mau memperebutkanku dengan segera, agar tak medapatkan lelaki lain. Yap, aku pernah putus dengannya, karna ia sudah mulai nakal dan membuat aku sakit hati. Sekarang aku memilih Kiki, dia baik hati. Gara-gara surat tanda maaf dia, aku sekarang menerimanya. Aku harus segera pergi ke Cafe secapatnya, agar pacar lamaku itu tak mendapatkanku lagi, sebelum aku pergi ke Cafe bersama Kiki.

Bersambung ...

0 Komentar:

Posting Komentar