Harapan Pada Awan Putih

Pic. from [here]
Aku naikkan kepalaku dan aku melihat langit biru penuh dengan gumpalan awan memancar seperti bantal yang empuk. "Wow, indahnya mereka, berjalan memutari langit tak akan habisnya. Kapan aku akan pergi ke sana, dengan sayap bercahaya nan bersinar." Aku hanya manusia biasa yang hanya memiliki tulang belakang, hanya dapat berdiri tegak. Kapan aku akan menapaki dan tidur nyenak di gumpalan awan itu? dan bermimpi indah sampai air liur keluar dari mulutku, apakah aku sedang mimpi makanan enak? Bagaikan dulu sampai sekarang aku seperti burung lainnya yang terbang bebas melintasi angkasa tapi tak dapat sampai pada awan itu. Aku merasa iri, aku yang tidak memiliki sayap, hanya mereka yang mememiliki sayap, sangat nggak level. Beda ukuran dan beda organ tubuh. Tapi, aku tetap bersyukur karna ini anugrah dari Tuhan. Walaupun beda derajat.

Asap pabrik yang keluar dari cerobong asap yang besar bulat sedang buang angin di sembarang tempat, baunya  dapat menyebar ke segala tempat di sekitarnya, membuat orang yang mencium akan menutupi hidungnya. Asap pabrik itu naik ke atas bersamaan angin yang mendorongnya, lalu bertemu dengan awan putih lainnya dan menggabung menjadi satu awan bewarna coklat yang bisa berdampak buruk bagi kehidupan. Warna coklat itu sangat berbeda dengan awan pada saat mendung atau pada saat Guntur datang. Yang keluar dari awan juga berbeda, kalo awan coklat mengeluarkan hujan asam yang bisa membuat kehidupan dibawahnya menjadi tercemar dan awan hitam mengeluarkan Guntur yang dahsyatnya keras dan hujan turun dengan deras. Awan yang selalu menyembunyikan air matanya dari uap air yang naik dan terhisap oleh awan. Sampai saatnya datang, tidak dapat dibentung lagi. Dan begitulah, mereka melakukannya lagi, dan lagi. Tak lupa, mereka berdua selalu memancarkan pelangi tujuh warna sehabis hujan, aku kan terus menantikan kedatangan mereka selalu.

Jadi, bagaimana aku bisa menetap di awan putih menggumpal itu? Dengan mempunyai sepasang sayap.

0 Komentar:

Posting Komentar