Biarkan aku sendiri disini. Kau jangan menyapaku disini. Sangat gelap jika kau kesini. Pergilah! Jangan sampai kau terlahap dengan gelap juga. Aku pergi sembunyi agar kau tidak khawatir dan tidak ingin mengganggumu selama ini. Aku mau kau tetap baikan, walaupun aku pergi meninggalkanmu sendiri. Tapi jangan marah! Sudah kuberi tahu kan, bahwa sendiri itu nggak enak? Tapi, itu hanya berlaku buat kamu saja. Aku hanya kau tenang tanpa bersamaku, aku hanya tidak ingin mengganggumu, cuman itu saja yang ku harapkan. Tanpa aku, mungkin kau bisa hidup walaupun hanya sendiri. Aku tahu, kau pasti mencemaskanku sekarang. Tenanglah. Aku sudah jauh darimu. Tidak akan pernah lagi dekat disampingmu saat kebahagiaan itu sudah ada di sini, sudah kubawa sebagai belak untuk selalu mengingatmu dan tak akan pernah terlupakan Kegelapan yang membawa banyak gambaran mengerikan. Jangan kesini, terlalu berbahaya. Disini penuh dengan kekosongan. Dan hampa. Serta dingin. Tapi, disini membuatku terbiasa dengan gelap, di alam baka.
"Hei ... Apa kabar?" Tanyaku.
"Baik-baik aja?" Tanyanya lagi, "Sudah biasa kan, disini?"
"Ya. Terasa enak."
"Di sini gelap, ya?"
"Iya. Apa kamu mau cahaya?" Tanya dia.
"Tidak. Menurutku, lebih baik di gelap. Karena aku tidak terlalu suka di luar sana. Mata ini terlalu sakit."
"Oh."
"Ya."
"Hey, kamu ngomong sama siapa?"
Membawa sedikit gambaran di pikiran. Berimajinasi atau lebih tepatnya berhalusinasi di sini. Aku tahu, imajinasi itu menyenangkan, lebih menyenangkannya lagi saat tidur. Bermimpi indah dan gambar yang ditimbulkan sangat jelas serta terasa nyata, seperti merasakannya saat tangan meraba. Saat terjaga dari tidur, hanya sepotong-sepotong dari ilustrasi yang susah menjadi satu, seperti puzzle. Selalu dijeda, atau bahkan selamanya berhenti di durasi itu. Kau, apakah sedang berimajinasi dan bermimpi tentangku. Ouh ... Jangan berharap kau akan berpikir tentang bagaimana aku saat ini. Sudah lah, lupakan. Aku sudah tidak bisa bergerak untuk melangkan ke depan. Aku sudah terlalu jauh untuk maju. Terlalu jauh untuk melangkah. Bisa dikatakan bahwa aku sudah tertinggal paling belakang diantara yang lainnya.
"Masih ada kesempatan yang tersisa di pundakmu. Ayo ke sini, jangan menyerah!"
Semua orang pun tidak terlalu suka jika berlama-lama di dalam gelap gulita. Mereka berpendapat bahwa mereka tidak bisa melihat apapun walaupun ada kedua mata memandang. Begitupun juga kau. Tapi tidak bagiku, aku bisa melihat lebih jelas dari apa yang tidak bisa dilihat seseorang. Walaupun ia tidak sesuci orang-orang lainnya, aku tetap menjadi temannya tanpa memandang perbedaan. Suara benturan dari barang-barang yang berjatuhan itu membuatku merasa tenang. Lebih baik bersuara daripada sunyi aneh tidak enak. Suara dia dan itu ada disini. Membuatku merasa lebih nyaman bersamanya. Suaranya yang cekikikan serta hentakan kaki bersamaan yang satunya membuatku pingin ketawa jingkrak-jingkrak. Teman yang selalu membawakanku minuman bewarna merah segar, ia selalu baik kepadaku. Suster yang memberikanku obat-obatan sebagai makananku, juga selalu perhatian kepadaku. Mereka telah menjadi temanku. Jangan tanya, kalau aku ini manusia.
"Aku tahu, tapi suatu saat titik cahaya akan bermunculan. Apakah kau mau meraihnya? Kenapa tidak?"
"Jangan harap kau akan disitu selamanya. Karena suatu saat angin yang bersulur-sulur itu akan berubah. Ayo, lihat kesini!"
"Ikuti angin yang membawa perubahan dan ikuti juga cahaya yang mungkin kau dambakan juga. Maaf, jika ia terlalu silau. Tetapi, jangan pura-pura tidak suka dan menjadi bersikap dingin! Dia memang selalu begitu!"
"Bodoh!!! Ngapain kamu disitu terus!? Kenapa kamu begitu!? Ayo sadar! Masih banyak harapan! Aku mengkhawatirkanmu selama ini, tahu!? Kenapa harus bersalah!? Aku membutuhkanmu, tahu!"
Sepertinya seseorang memanggilku. Siapa? Saat aku menatap cahaya yang perlahan-lahan muncul di depan mata tanpa tujuan yang jelas, dia seperti menyuruhku untuk meraih tangannya yang sudah sekuat-kuatnya dia ulurkan sambil memanggilku dengan lembut. Perlahan-lahan semakin jelas saat aku bangun setengah sadar. Aku mencari-cari suara perempuan yang memanggil-manggilku. Sepertinya itu namaku, aku pun perlahan-lahan ingat dari apa yang telah terjadi. Suara itu hanya sayup-sayup saja tapi semakin lama semakin terdengar jelas di telingaku, lalu perlahan suara itu menjelma menjadi suara yang begitu dekat dan begitu akrab di telingaku. Suara teriak memanggilku dengan nada hampir putus asa. Itu membuatku ingin cepat tersadar dari apa yang telah ku lakukan sebelumnya, yang sudah merasa hampir mati di tempat gelap itu. Sangat suram ...
Ketika cahaya mulai muncul dan kegelapan telah terpisah dan tidak menyatu lagi, aku merasa memiliki tujuan yang masih terasa buram untuk diingat. Sesuatu menuju ke hembusan angin dimana ia berada. Aku terus melangkah ke depan saat kemunduran hampir sampai di batasnya. Memang, kesempatan masih ada di pundakku.
"Sini, tanganmu!"
Saatnya mata ini terbuka dan semangat untuk melangkah maju pun terus menderas saat mendengar suaranya lagi yang ternyata masih ada. Berlari ... dan terus berlari. Sampai tangannya sudah ku raih. Ia menarikku ke dalam cahaya yang semakin aku masuk ke dalam, semakin cerah menyilaukan, sampai-sampai mataku hanya bisa melihat warna putih bersih. Ternyata, kegelapan disini sungguh tiada. Tak ada satupun setitik warna hitam pekat disini.
"Ayo, sedikit lagi. Bukalah matamu!"
Hah! Aku terbangun, "Mimpi?" Aku bertanya pada diri sendiri, "Cuman mimpi." Aku pun terkejut saat mimpi itu telah terjadi. Mimpi yang terasa nyata jika dirasakan. Benar-benar nyata, hampir nyata. Itu membuatku seperti gagal jantung. Gagal jantung? Iya, benar. Ketika aku membuka mata, aku melihat cahaya terang di atas, ternyata lampu bulat yang punya banyak bohlam dalam satu wadah.
Kusadari kini bahwa temanku dan cahaya itulah yang telah memanggil-manggilku, di dalam mimpi, juga di alam nyata yang telah aku tinggalkan sendirian. Maaf, jika aku bersalah. Terima kasih sudah menolongku. Tanpa kalian, harapan di pundak ini akan tergelincir jatuh seperti koin yang jatuh berserakan. Lalu, aku pun bingung dan bertanya.
"Aku di mana?" Tanyaku. Mungkin seseorang ada disini, "Aku kenapa?" *Jawabannya ada di bagian cerita ini.*
"Sudah ketemu?"
@BayuID_
0 Komentar:
Posting Komentar